Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Punya Peluang Besar Jadi Produsen Pulp Dunia

Kompas.com - 13/04/2012, 15:39 WIB
R. Adhi Kusumaputra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia berpeluang besar menjadi produsen pulp dunia karena Indonesia memiliki beberapa keunggulan komparatif.

Presiden Komisaris PT Riau Andalan Pulp & Paper, Tony Wenas mengungkapkan hal ini ketika berkunjung ke kantor Redaksi Harian "Kompas", Jumat (13/4/2012) petang. Jajaran pimpinan perusahaan pulp itu diterima Kepala Desk Ekonomi Kompas Pieter P Gero dan Kepala Desk Humaniora Try Harijono.

Menurut Tony, industri pulp dunia saat ini berkembang pesat. Para pemain global berkembang lebih pesat, terutama di Asia. Dan permintaan pulp di China dari tahun ke tahun terus meningkat.

Industri pulp Indonesia termasuk satu dari tiga industri yang mengincar pasar strategis China. Dua lainnya industri maritim dan industri makanan minuman.

"Industri pulp Indonesia memiliki keunggulan komparatif dibandingkan industri pulp di negara-negara lainnya. Pengapalan ekspor ke China dari Indonesia ke China hanya butuh waktu 7 hari. Sedangkan dari Eropa butuh 40-50 hari, dari AS 30 hari, dan dari Amerika Latin 40-60 hari. Jadi dari sisi biaya, Indonesia sudah unggul," jelas Tony.

Selain ini, papar Tony, di negara tropis seperti Indonesia, tanaman akasia bisa panen setiap 4-5 tahun, sementara di negara sub-tropis butuh waktu 20-25 tahun.

"Brasil sebagai negara tropis sama seperti Indonesia, namun jarak Brasil ke China leih jauh," ungkap Tony.

Sampai tahun ini, produsen pulp no 1 dunia masih tetap Amerika Serikat. Indonesia berada di peringkat ke-9 dunia. "Seharusnya posisi Indonesia bisa lebih baik lagi," katanya.

Posisi kedua ditempati Kanada, ketiga Brasil, keempat Jepang, kelima Swedia, keenam Finlandia, ketujuh Rusia, kedelapan China.

Tony memaparkan, produksi pulp Indonesia hanya naik 30 persen sejak 2005 sedangkan Brasil naik 69 persen. Sementara permintaan pulp China naik 139 persen sejak 2005. "Indonesia belum memaksimalkan potensi seutuhnya," jelasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com