Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biaya Transportasi Perdagangan RI Termahal di Dunia

Kompas.com - 03/05/2012, 13:25 WIB
Gandang Sajarwo

Penulis

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Biaya transportasi perdagangan di Indonesia saat ini masih sangat mahal, mencapai 14,42 persen dari total biaya produksi, atau 27 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto). Biaya ini termasuk yang tertinggi di dunia, bahkan di Amerika Serikat hanya 9 persen dari PDB mereka.

Demikian diungkapkan Deputi Kemenko Perekonomian bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan, Edy Putra Irawady, pada sosialisasi Perpres Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional di kampus UGM, Kamis (3/5/2012).

Akibat biaya logistik yang mahal itu, lanjut Edy, berbagai komoditas atau produk dalam negeri tidak mampu bersaing dengan produk-produk dari luar . "Salah satu efek nyata adalah membanjirnya jeruk Shanghai di Indonesia," tegas Edy.

Lebih lanjut, menurut Edy, sistem logistik yang tidak efisien juga menciptakan disparitas harga antardaerah, kelangkaan komoditi di suatu daerah, keterpencilan suatu daerah, dan sebagainya.

Edy juga mengemukakan, jika Indonesia tidak segera membenahi sistem logistik berbasis maritim, selayaknya Indonesia sebagai negara kepulauan, maka Indonesia tidak akan mampu mengambil keuntungan. Biaya transportasi perdagangan akan selalu mahal. "Kita harus lari cepat segera membenahi sistem logistik nasional jika ingin masyarakat negeri ini menjadi lebih makmur. Terlebih kita sudah mencanangkan pendapatan per kapita 16.000 dollar AS pada tahun 2025 nanti," kata Edy.

Sementara pakar dari Center for Logistics and Supply Chain Studies, ITB, Y Anggadinata mengajukan konsep mengenai dry port atau pelabuhan darat guna meminimalisir biaya transportasi. Terutama bagi industri menengah kecil yang berskala ekspor. Anggadinata mencontohkan Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya yang semestinya saling terhubung melalui fasilitas pusat logistik yang bisa dimanfaatkan industri menengah kecil sehingga biaya transportasi bisa ditekan lebih murah.

"Selama ini biaya yang harus dikeluarkan industri menengah kecil untuk ekspor relatif mahal dan tak efisien. Karena itu, produk mereka perlu dikumpulkan lebih dulu dalam satu kontainer di pelabuhan darat dengan biaya yang bisa ditanggung bersama, sebelum diekspor melalui pelabuhan laut," kata Anggadinata.

Di pelabuhan darat itu lanjut Anggadinata, segala administrasi termasuk kepabeanan dan kargo harus bisa diselesaikan. "Dengan begitu, biaya industri bisa ditekan lebih murah karena produknya tinggal dimasukkan ke pelabuhan laut untuk diekspor," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com