Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kartika Airlines Tunggu Hasil Investigasi Selesai

Kompas.com - 15/05/2012, 12:14 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisaris Kartika Airlines, Arifin Seman, menegaskan, internal maskapai Kartika Airlines belum memutuskan segala sesuatu terkait kontrak pembelian 30 pesawat Sukhoi Superjet 100. Maskapai masih menunggu hasil investigasi kecelakaan pesawat buatan Rusia ini yang terjadi di Gunung Salak, Bogor, Rabu (9/5/2012).

"Jadi kita belum memutuskan tentang kontrak ini karena kita sekarang ini sedang berduka. Jenazah belum jelas, kemudian keluarga korban masih menunggu kepastian dari evakuasi. Rasanya soal kontrak mungkin sekarang belum terpikirkan," sebut Arifin ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (15/5/2012).

Menurut dia, maskapai akan menunggu hasil investigasi selesai. Karena, kata dia, bisa saja kecelakaan terjadi bukan karena teknis pesawatnya. Bisa saja terjadi karena kesalahan penerbang atau kesalahan komunikasi antara penerbang dengan ATC (Air Traffic Controller). Bila kecelakaan pesawat terjadi karena kesalahan tersebut, maka menjadi tidak masuk akal maskapai membatalkan pembelian pesawat.

"Teknologi pesawat terbang tidak cedera, instrumen tidak, masalah navigasi tidak masalah. Apakah masuk akal kalau hasilnya karena kesalahan manusia, pembelian pesawat dibatalkan?" tanya dia.

Lagipula, Arifin mengatakan, pembatalan kontrak pembelian pesawat senilai 38 juta dollar AS per buah ini tidak mudah. Ada klausul-klausul dalam kontrak yang harus ditaati. "Kita belum bicara apakah kontrak dibatalkan atau ditunda itu tergantung dari hasil investigasi yang mendapatkan hasil kesimpulan," tegas dia.

Setelah hasil investigasi didapatkan baru maskapai akan duduk bersama dengan Sukhoi dan Kementerian Perhubungan untuk membicarakan pembelian pesawat tersebut. Kemenhub diajak mengingat pembelian pesawat tersebut harus mendapatkan sertifikasi dari Pemerintah untuk bisa nantinya dioperasikan.

Mengenai pembayaran pembelian 30 pesawat tersebut, Kartika belum melakukan pelunasan. Arifin menerangkan, ada tahapan pembayaran yang harus dijalani sejak kontrak ditandatangani pada Juli 2010 lalu, di London, Inggris. "Kan ada tahap pembayaran, misalnya sekian bulan harus dibayar sekian," tambahnya.

"Belum (lunas). Ada tahap pembayaran, kan pesawat sendiri diantar 30 armada sampai akhir 2014," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com