Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kadin: Kebanyakan Permen Hambat Ekonomi Nasional

Kompas.com - 21/05/2012, 13:00 WIB
Eny Prihtiyani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Dalam rangka efisiensi ekonomi nasional dan memasuki asean economic community (AEC) 2015, pergerakan ekonomi nasional saat ini dinilai masih mengalami kelambatan. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhinya, seperti biaya produksi tinggi, biaya logistik tinggi, daya saing lemah, masalah birokrasi yang berbelit, hingga suku bunga yang tinggi.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyayangkan permasalahan-permasalahan tersebut masih menghantui perekonomian nasional. Bahkan hampir 10 tahun terakhir tidak mengalami perubahan yang signifikan.

"Keluhan dunia usaha masih disitu-situ saja dari tahun ke tahun, sepeti penyelesain lambat, sehingga berdampak kepada ekonomi nasional," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Distribusi, dan Logistik Natsir Mansyur.

Adapun hal baru belakangan ini, tambah Natsir, yang membuat salah satu faktor ekonomi nasional melambat diakibatkan egoisme kementrian dalam menerbitkan berbagai Peraturan Menteri (permen) yang banyak bertentangan dan menyusahkan dunia usaha. "Banyaknya permen yang dikeluarkan pemerintah semakin menambah persoalan baru kelambatan ekonomi nasional."

Para pelaku usaha menyayangkan, berbagai permen yang dikeluarkan oleh permerintah diberlakukan tanpa dibicarakan terlebih dahulu dengan dunia usaha, bahkan Kadin yang memang jelas diatur oleh UU no.1/87 sebagai mitra kerja pemerintah jarang diajak bicara dalam menerbitkan suatu kebijakan.

Terkadang, pemerintah membuat kebijakan sendiri, sehingga pada saat kebijakan tersebut keluar menimbulkan protes dari dunia usaha. "Hal ini perlu mendapat perhatian pada pemerintahan ini yang sisa 3 tahun lagi," kata Natsir.

Kadin berharap Kementrian tidaklah berlebihan menerbitkan permen yang tidak begitu penting, sehingga tidak menambah beban permasalahan baru bagi dunia usaha, apalagi permen yang tidak dibicarakan dahulu dengan dunia usaha.

"Jangan sampai peraturan menteri (permen) lebih cepat atau lebih banyak dibanding dengan pertumbuhan perdagangan dan industri kita saat ini. Nanti kebanyakan permen, ekonomi nasional bisa batuk-batuk," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kian Menguat, Harga Bitcoin Kembali Tembus 67.000 Dollar AS per Keping

Kian Menguat, Harga Bitcoin Kembali Tembus 67.000 Dollar AS per Keping

Whats New
Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Whats New
Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Earn Smart
Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com