Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kakao Naik karena Penguatan Poundsterling

Kompas.com - 22/05/2012, 14:08 WIB
Eny Prihtiyani

Penulis

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada perdagangan di bursa ICE Futures yang ditutup Selasa (22/1) harga kakao berjangka mengalami kenaikan. Menguatnya harga komoditas ini terjadi seiring dengan pelemahan nilai tukar dolar AS. Harga kakao berjangka untuk kontrak Juli di ICE Futures New York mengalami peningkatan sebesar 49 dolar AS (2,2 persen) di posisi 2.273 dolar AS per ton.

Sementara itu harga kakao di NYSE London mengalami kenaikan sebesar 23 poundsterling (1,51 persen ) di posisi 1551 poundsterling per ton. Volume perdagangan mencapai 15.220 lot jauh lebih sedikit dibandingkan pada rata-rata perdagangan dalam 30 hari yang mencatatkan volume sebanyak 23.493 lot dan dalam 250 hari yang mencapai 20.269 lot.

Harga kontrak kakao di Bursa Berjangka Jakarta pada perdagangan kemarin untuk kontrak Juli ditutup Rp 21.350 per kg. Sementara itu untuk kontrak September 2012, harga kakao menjadi Rp 21.460/kg da ri perdagangan sebelumnya di Rp 21.790/kg.

Pada pasar fisik,menurut informasi dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, harga kakao di Makasar pada hari Senin diperdagangkan pada Rp 19.186/kg. Harga kakao mengalami penurunan Rp 36/kg atau sekitar 0,18 persen jika dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya di Rp 19.150/kg. Jika dibandingkan pada awal Januari 2012 harga kakao meningkat Rp 2.536/kg atau 15,23 persen dimana pada 2 Januari har ga kakao diperdagangkan pada Rp 16.650/kg.

Sementara itu, ekspor kakao dari Sulawesi mengalami kenaikan 126 persen menjadi 7.912 mt pada bulan lalu jika dibandingkan dengan Maret, demikian data yang di release oleh Asosiasi kakao Indonesia (Askindo). Penjualan pada April tahun lalu mencapai 1.570 ton. Peningkatan pengiriman dari Negara produser ketiga terbesar di dunia untuk bahan coklat ini dapat membantu untuk menghentikan kenaikan harga kakao yang sudah mencapai 5 persen di New York pada tahun ini.

Produksi kakao Indonesia bisa turun lebih dari 11 persen dalam lima tahun ke depan hingga di bawah 400.000 ton. Ini karena petani beralih lahan ke komoditas yang lebih menguntungkan seperti kelapa sawit dan tanaman karet.  

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com