Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

74 Persen Kebutuhan Susu Dalam Negeri Masih Impor

Kompas.com - 22/05/2012, 15:28 WIB
Gandang Sajarwo

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia masih menjadi negara pengimpor susu. Sebanyak 74 persen kebutuhan susu Tanah Air masih bergantung pada pasokan susu impor. Selain itu, susu juga masih menjadi barang mewah. Tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia paling rendah di kawasan Asia, yaitu 11,09 liter per kapita per tahun.

"Kita perlu tingkatkan produksi dan konsumsi susu di Tanah Air. Untuk peningkatan produksi susu, kita fasilitasi alat-alat pengolahan susu, pada sentra-sentra produsen susu," kata Direktur Pengolahan, Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP), Kementerian Pertanian Nazarudin, di Yogyakarta, Selasa (22/5/2012).

Soal konsumsi susu, masyarakat Indonesia masih jauh di bawah Malaysia dan Filipina yang mencapai 22,1 liter per kapita per tahun, Thailand sebanyak 33,7 liter per kapita per tahun, dan Vietnam mencapai 12,1 liter per kapita per tahun. Sementara itu India sudah mencapai 42,08 liter per kapita per tahun. "Perlu kampanye yang serius agar masyarakat menyadari pentingnya minum susu untuk kesehatan dan kecerdasan," kata Nazarudin.

Guna menggenjot produksi susu, lanjut Nazarudin, diperlukan pembinaan pada sentra-sentra produksi susu. Pasalnya, pemeliharaan ternak sapi khususnya sapi perah membutuhkan keahlian khusus berbeda dengan perlakuan ternak yang lain. Jumlah produksi susu sapi di Indonesia rata-rata hanya 10-12 liter per ekor per hari. Padahal, potensi produksi susu sapi jika dikelola maksimal bisa mencapai 40 liter per ekor per hari.

"Sapi perah itu lebih sensitif, perlakuan harus lebih baik, termasuk penyediaan pakan. Penyediaan pakan sangat penting pada usaha sapi perah, 70 persen biaya produksi usaha sapi perah adalah untuk pemenuhan pakan," kata Nazarudin.

Sejumlah masalah lain dalam proses produksi susu yaitu kandungan bakteri yang masih sangat tinggi sehingga menyulitkan pemasaran dalam produk susu segar ataupun pasokan ke industri besar. Kondisi ini terjadi karena minimnya fasilitas infrastruktur untuk produksi susu yang ideal di kalangan peternak. "Masih banyak kandungan bakteri yang membuat produksi susu peternak tak layak diproses industri. Kita harus cari cara untuk turunkan jumlah bakteri produksi susu agar bisa diolah," kata Nazarudin.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Provinsi DI Yogyakarta Nanang Suwandi menjelaskan, selama tiga tahun terakhir jumlah ternak sapi perah di wilayahnya turun drastis, yaitu dari 5.495 ekor di tahun 2009 menjadi  tinggal 3.888 ekor sapi pada tahun 2011. "Sapi perah sangat baik dipelihara di daerah dingin atau di daerah pegunungan. Lereng Merapi merupakan habitat yang baik untuk budidaya sapi perah. Namun, karena erupsi besar tahun 2009, wilayah tersebut rusak, sapi kita banyak yang mati dan hingga kini belum berhasil dipulihkan," kata Nanang.

Guna meningkatkan konsumsi susu sapi, menandai perayaan Hari Susu Sedunia (World Milk Day) sesuai ketetapan Food and Agriculture Organization akan dilangsungkan ekspo lewat peringatan Hari Susu Nusantara. "Kita ingin meningkatkan kesadaran masyarakat atas pentingnya minum susu segar agar konsumsi susu masyarakat meningkat, demi peningkatan kualitas kesehatan dan kecerdasan masyarakat. Kita juga memberikan stimulasi agar pengolahan susu segar nasional lebih berkembang," kata Nanang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com