Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Asia Timur-Pasifik Melambat

Kompas.com - 23/05/2012, 12:45 WIB
Robertus Benny Dwi Koestanto

Penulis

 JAKARTA, KOMPAS.com — Bank Dunia menyatakan pertumbuhan kawasan Asia Timur dan Pasifik masih tetap kuat, tetapi mulai melemah jika dibandingkan dengan masa-masa puncak pascakrisis. Karena laju pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan terus merosot, kawasan itu perlu mengurangi ketergantungannya pada ekspor dan mulai mencari sumber pertumbuhan baru.

Hal tersebut disampaikan dalam laporan East Asia and Pacific Economic Update Bank Dunia, yang diluncurkan di Tokyo, Jepang, Rabu (23/5/2012). Menurut laporan berjudul "Capturing New Sources of Growth" ini, kawasan Asia Timur dan Pasifik tumbuh sebesar 8,2 persen di tahun 2011 (4,3 persen, jika tidak memperhitungkan China), turun drastis dari tingkat pertumbuhan tahun 2010 yang hampir mencapai 10 persen (7,0 persen tanpa China). Kendati demikian, kinerja kawasan pada skala global masih tergolong luar biasa.

Di tahun 2011, pertumbuhan Asia Timur dan Pasifik berkisar 2 persen lebih tinggi dari negara berkembang di kawasan lain. Tingkat kemiskinan pun terus menurun. "Jumlah orang yang hidup di bawah 2 dollar AS per hari diperkirakan akan turun sebanyak 24 juta di tahun 2012. Secara keseluruhan, jumlah orang miskin di Asia Timur dan Pasifik telah berkurang separuh dalam satu dekade terakhir," kata Pamela Cox, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik.

"Walau demikian, sekitar sepertiga penduduk kawasan, atau lebih kurang setengah miliar laki-laki, perempuan, dan anak-anak masih hidup dalam kemiskinan. Dalam situasi global yang penuh ketidakpastian, upaya untuk menciptakan sumber-sumber pertumbuhan baru harus lebih ditingkatkan," katanya.

Pada tahun 2012 ini, pertumbuhan diproyeksikan akan melemah sampai 7,6 persen. Melambatnya ekspansi di China diperkirakan akan berpengaruh pada pertumbuhan agregat seluruh kawasan. Jika perekonomian China melambat lebih cepat dari perkiraaan, hal ini dapat menjatuhkan harga komoditas dan membahayakan para eksportir komoditas. Tanpa memperhitungkan China, pertumbuhan diproyeksikan akan mencapai 5,2 persen seiring dengan pulihnya tingkat produksi di Thailand.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com