Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPK: Defisit Anggaran 2011 Dua Kali Tahun Sebelumnya

Kompas.com - 29/05/2012, 10:57 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Hadi Poernomo, melaporkan bahwa kenaikan pendapatan negara jauh lebih kecil ketimbang kenaikan belanja pada tahun 2011.

Hal itu lantas menyebabkan defisit anggaran negara menjadi dua kali lebih besar dari angka defisit 2010. Hadi menyebutkan, realisasi pendapatan dalam Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2011 tercatat Rp 1.211 triliun, sedangkan realisasi belanja sebesar Rp 1.295 triliun.

"Pendapatan negara tahun 2011 tersebut mencapai 103,5 persen dibandingkan anggaran sebesar Rp 1.170 triliun atau sebesar 121,71 persen dibandingkan pendapatan tahun 2010 sebesar Rp 995 triliun," sebut Hadi, dalam rapat paripurna di DPR, Selasa (29/5/2012).

Ia menjelaskan, pendapatan yang mengalami kenaikan paling tinggi sepanjang tahun lalu adalah penerimaan perpajakan yang mencapai Rp 150,57 triliun, atau 20,82 persen dari tahun 2010. Realisasi penerimaan perpajakan tahun 2011 sebesar Rp 874 triliun. "Atau mencapai 99,43 persen dari angaran sebesar Rp 879 triliun," sambung dia.

Sementara itu, belanja negara yang meliputi belanja Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah, berjumlah Rp 1.295 triliun, atau 98,03 persen dari anggaran sebesar Rp 1.321 triliun. Angka belanja negara juga mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp 1.042 triliun. Atau, naik sebesar Rp 252,88 triliun pada 2011.

Namun, menurut Hadi, kenaikan pendapatan negara jauh lebih kecil dibandingkan kenaikan belanja negara. Hal itu lantas menimbulkan defisit anggaran negara yang semakin besar. "Defisit anggaran tahun 2011 mencapai Rp 84 triliun atau hampir dua kali terhadap defisit tahun 2010 sebesar Rp 47 triliun," kata Hadi. Ia  menuturkan, kenaikan defisit anggaran tersebut diimbangi dengan kenaikan pembiayaan. "Pembiayaan pada tahun 2011 mencapai Rp 131 triliun atau 142,39 persen dibandingkan pembiayaan pada tahun 2010 yang mencapai Rp 92 triliun," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com