Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penguatan Koperasi di Tengah Ketidakpastian

Kompas.com - 08/06/2012, 17:55 WIB
Agnes Swetta Br. Pandia

Penulis

KAZAN, KOMPAS.com -- Pertemuan Menteri Perdagangan APEC diselenggarakan 4-5 Juni 2012 di Kazan, Tatarstan, Rusia, sebagai langkah untuk penguatan koperasi di tengah ketidakpastian ekonomi dunia. Pertemuan yang digelar di kompleks lapangan tenis terbuka di Kazan Tennis Academy, para Menteri Perdagangan negara APEC membahas beberapa kerja sama antar anggota.

Ada dua agenda penting dalam pertemuan itu, yakni mendukung sistem perdagangan multilateral dan prioritas APEC 2012. Dari dua agenda itu dibagi lagi menjadi empat sub agenda, yakni liberalisasi perdagangan dan investasi, integrasi ekonomi regional, penguatan keamanan makanan, membangun rantai pasokan yang dapat diandalkan, dan kerja sama intensif untuk mendorong pertumbuhan yang inovatif.

Dalam pertemuan yang dibuka oleh Presiden Republik Tatarstan, Rustam Minnikhavon, hadir wakil Menteri Perdagngan RI Bayu Krisnamurthi sebagai ketua delegasi Indonesia.

Dalam pertemuan itu, Indonesia menegaskan bahwa kelanjutan Putaran Doha dan pelaksanaan program kerja sama APEC sangat penting di tengah situasi ekonomi dunia yang kurang menguntungkan. Alasannya, cara itu sebagai upaya mendorong negara anggota untuk memiliki kecenderungan untuk menerapkan proteksionisme.

Hal serupa juga diungkap Direktur Jenderal WTO, Pascal Lamy dengan mengatakan, rata-rata raport dari negara anggota WTO suram, karena kecenderungan proteksionisme. Bahkan ada negara anggota WTO benar-benar melakukan bijaksana ekonomi cukup baik.

Dalam konteks ini, masing-masing Menteri Perdagangan mengeluarkan pernyataan yang menegaskan komitmen untuk tidak menerapkan kebijakan perdagangan yang membatasi. Mereka juga umumnya, fokus pada bagaimana mengatasi hambatan dalam rantai pasokan yang pada 2015 ditargetkan meningkat 10 persen, mempromosikan partisipasi usaha kecil menengah (UKM) dalam rantai produksi, pertukaran informasi standar, aktivitas perdagangan dan harmonisasi kebijakan di lingkungan, iklim investasi, dan target untuk mengurangi biaya sebesar 25 persen pada 2015.

Bayu Krisnamurthi mengatakan, kerja sama APEC memiliki cakupan cukup luas, dan merupakan proses yang berkesinambungan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan praktik terbaik di berbagai daerah. Tujuan utama adalah untuk membentuk suatu iklim usaha lebih mudah, lebih cepat dan lebih murah di semua daerah, sehingga sektor usaha dapat berkembang.

Dalam sesi diskusi, peserta pertemuan juga fokus pada daftar barang dagang yang ramah lingkungan atau enviromental goods (EG). Dengan menghormati posisi masing-masing negara anggota dalam negosiasi di bawah WTO, masing-masing negara diminta menyusun daraft produk dagang yang ramah lingkungan, dengan tarif maksimal 5 persen pada 2015.

Indonesia dan China menyatakan kemungkinan sulit untuk menyerahkan daftar final pada KTT APEC pada September 2012 di Vladivostok, Rusia, karena tidak ada kriteria yang jelas atau pendekatan dalam nominasi produk yang harus dimasukkan dalam daftar EG.

Bayu menegaskan bahwa Indonesia serius dalam menangani masalah lingkungan, dan telah berkolaborasi dengan beberapa negara untuk mengurangi dampak dari efek negatif. Namun, karena tidak ada kriteria yang jelas atau pendekatan, sulit untuk menetapkan produk mana yang harus dimasukkan dalam daftar EG meski ada 13 anggota APEC sudah mengirimkan daftar. Keberatan Indonesi dan China dapat diterima oleh Australia dan Amerika Serikat.

Topik lain adalah mendorong pertumbuhan inovatif terutama dalam pengembangan teknologi, inovasi, dan hak kekayaan intelektual.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com