Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebutuhan Energi akan Naik 47 Persen

Kompas.com - 26/06/2012, 15:05 WIB
Evy Rachmawati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebutuhan energi global dalam kurun waktu 2006-2030 diperkirakan akan meningkat 47 persen menjadi 17,7 miliar ton setara minyak, dengan kawasan Asia Pasifik mencatat sekitar 50 persen dari total kebutuhan energi global pada tahun 2030.

Jika negara-negara di kawasan itu mengubah kebijakan mereka untuk beralih ke energi baru terbarukan, maka permintaan diharapkan bisa ditekan.  

Demikian disampaikan Ketua Dewan Eksekutif Indonesian Council on World Affairs (ICWA), Ibrahim Yusuf, dalam sambutannya, di Kantor Pusat PT Pertamina, Selasa (26/6/2012), di Jakarta. Acara itu juga dihadiri Wakil Perdana Menteri Republik Irak Hussain Al Shahristani dan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan.  

Menurut Ibrahim Yusuf, berdasarkan studi yang diluncurkan UNESCAP (Komisi Bidang Ekonomi dan Sosial untuk Asia Pasifik), tren tahun 2006-2030, dalam skenario dasar energi, menyebutkan, permintaan energi global akan meningkat 47 persen menjadi 17,7 miliar ton setara minyak.  

Dengan kenaikan kebutuhan energi, pembiayaan infrastruktur harus mendapat perhatian serius. Pada beberapa dekade mendatang, dengan pertumbuhan ekonomi sebagian besar negara di Asia Pasifik akan mengalami peningkatan permintaan energi.

Untuk memenuhi permintaan minyak bumi, energi nuklir, atau dari sumber energi baru terbarukan, maka perlu pembangunan infrastruktur energi.  Biaya untuk modernisasi sistem energi kawasan berbasis skenario itu akan membutuhkan dana investasi 375 miliar dollar AS per tahun dan secara keseluruhan mencapai 9 triliun dollar AS.

Ibrahim mencontohkan China akan membutuhkan biaya investasi 1 triliun dollar AS untuk transmisi dan jaringan distribusi saja, sedangkan India akan membutuhkan pengeluaran investasi mendekati 700 miliar dollar AS untuk sektor kelistrikan dan minyak.  

Terkait hal itu, setiap negara perlu mengembangkan dan memperkuat strategi ketahanan energi. Hal ini akan melibatkan pengelolaan permintaan energi, tetapi sejak banyak negara akan menjadi importir minyak, mereka juga dapat melaksanakan diversifikasi energi. Selain itu sistem energi terintegrasi di Asia yang terhubung dan bersinergi dengan sistem sub regional.  

Banyak negara juga dapat memperoleh manfaat dari ekspansi kerjasama bilateral dan kerjasama regional yang dapat menyediakan pendampingan teknis, teknologi energi yang terbukti dan investasi. "Sebagaimana yang jadi perhatian Indonesia, ekspansi kooperasi bilateral dengan Irak, sebaiknya menjadi agenda utama dalam diplomasi kita. Apalagi Irak memiliki cadangan minyak terbesar kedua setelah Saudi Arabia di kawasan kita," ujar Ibrahim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com