Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ical Tawarkan Kembali Trilogi Pembangunan

Kompas.com - 01/07/2012, 18:36 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden dari Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical menawarkan konsep di masa orde baru, yakni Trilogi Pembangunan untuk pembangunan Indonesia kedepan. Menurut Ical, konsep itu terbukti sukses di masa lalu dan masih sangat relevan diterapkan jika sesuaikan dengan zaman sekarang.

"Konsep Trilogi Pembangunan yang dilengkapi dengan gagasan baru nasionalisme Indonesia, sehingga menjadi sebuah formula yang saya namakan sebagai Catur Sukses Pembangunan Nasional," kata Ical ketika mendeklarasikan diri sebagai calon presiden Partai Golkar di Sentul, Bogor, Minggu ( 1/7/2012 ) sore.

Ical menjelaskan, konsep yang ditawarkan terdiri dari empat elemen, yaitu pertumbuhan ekonomi, pemerataan hasil-hasil pembangunan, stabilitas sosial-politik, dan paham kebangsaan yang disesuaikan dengan konteks globalisasi.

Ical menjelaskan, dalam pertumbuhan ekonomi, kita tidak boleh puas hanya dengan angka pertumbuhan sekitar 6 persen. Menurut dia, seharusnya pertumbuhan bisa mencapai angka 10 persen. Untuk itu, perlu dilakukan pembangunan infrastruktur secara besar-besaran serta pendidikan.

Dalam segi pemerataan hasil pembangunan, menurut Ical, harus dilakukan dengan cara yang mendidik, bukan dengan jalan pintas yang justru melanggengkan kemiskinan dan ketidakberdayaan. Menurut dia, berbagai program yang sudah baik seperti Jamkesmas, keluarga harapan, jaminan pensiun perlu diperluas cakupannya dan ditambah pendanaannya.

"Perlu memberdayakan pengusaha kecil dan menengah, serta sektor informal dan koperasi yang kesemuanya melibatkan sekitar 50 juta penduduk. Kebutuhan mereka yang utama adalah akses terhadap modal. Mereka sanggup berkembang atau paling tidak sanggup membuka kesempatan kerja bagi diri dan lingkungan sekitarnya," kata Ical.

Adapun mengenai stabilitas sosial-politik, menurut Ical, perlu dilakukan penguatan lembaga hukum, penguatan institusi keamanan seperti TNI dan Polri, serta reformasi birokrasi. Pasalnya, kata Ical, masih sering terjadi ekses negatif yang akan mengancam legitimasi demokrasi.

"Ekses ini terlihat dari tindakan perusakan dan pembakaran ruang universitas oleh demonstrasi yang menjurus pada anarki. Pembatalan pembangunan fasilitas umum hanya karena ketidaksetujuan satu kelompok. Keraguan untuk bertindak dari para petugas keamanan. Potensi konflik etnis di beberapa daerah yang tak kunjung berhenti, dan masih banyak lagi ekses negatif lainnya," kata Ical.

Konsep terakhir, lanjut Ical, dilakukan dengan membuka diri dan menyerap perkembangan baru dunia. "Sambil tetap menjaga kecintaan kita pada tanah air serta penghargaan kita pada filosofi warisan bangsa," pungkas Ical.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com