Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Harus Perhatikan Sektor Hulu Industri Rotan

Kompas.com - 04/07/2012, 13:37 WIB
Dimasyq Ozal

Penulis

JAKARTA,KOMPAS.com - Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO) Ambar Tjahyono mengemukakan, pemerintah harus  memperhatikan industri rotan di sektor hulu terkait kebijakan pemerintah Indonesia yang menutup kran ekspor rotan ke luar negeri sejak 1 Januari 2012 lalu.

"Kita setuju ekspor rotan distop,tapi mata rantai di dalam negeri harus diselesaikan ketika distop. Sehingga kita harus lindungi masyarakat yang tidak terserap tadi agar tidak lakukan usaha ilegal dan bisa hidup berjalan usahanya," kata Ambar Tjahyono saat ditemui di kantor Asmindo, Jakarta, Selasa ( 3/7/2012 ).

Pasalnya, lanjut Ambar, bukan hanya Indonesia sebagai negara satu-satunya pengekspor rotan terbesar saat ini, melainkan masih ada Myanmar. Sehingga, penutupan keran ekspor tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap negara pengimpor rotan, seperti China.

"Mengingat mereka (China) tetap mendapatkan bahan baku rotan dari Myanmar, selain tentunya juga banyak beralih dengan menggunakan rotan sintetis, dimana saat ini penggunaan rotan sintetis tidak hanya digunakan untuk outdoor furniture tetapi juga sudah merambah ke indoor furniture." tambahnya.

Ia juga mengkhawatirkan, akan ada pengusaha rotan pada sektor hulu yang mulai berjatuhan. "Tapi perhatian pemerintah belum ada upaya untuk bangun atau dorong teman-teman di luar Jawa yang tidak terlihat oleh pemerintah. Ini yang disesalkan. Jadi belum ada jalan keluar untuk pengusaha di hulu," imbuhnya.

Asmindo, menurut Ambar, pada posisinya tetap mendukung kebijakan pemerintah terkait hal ini. Namun demikian Asmindo mengharapkan, pemerintah juga mampu memperhatian industri rotan mulai dari hulu sampai dengan hilir.

Kebijakan resi gudang yang akan diberlakukan pemerintah, baginya, bukan merupakan suatu solusi. Ini karena resi gudang merupakan surat hutang, sehingga banyak anggota Asmindo yang mempertanyakan Bank mana yang mau menerimanya sementara gudang rotannya pun belum ada.

"Asmindo menawarkan buffer stock (badan penyangga) rotan sebagai solusi. Buffer stock akan berfungsi seperti Bulog. Hal ini lebih realistis, dimana pemerintah akan menampung semua jenis rotan yang belum bisa diserap oleh industri dalam negeri," ungkapnya.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, pemerintah melalui peraturan menteri perdagangan mengenai penutupan keran ekspor rotan ke luar negeri, ini sebagai upaya memastikan ketersediaan bahan baku rotan bagi industri dalam negeri.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total nilai ekspor rotan ke luar negeri pada 2010 sebesar 71 juta dolas AS, angka ini menurun 23,23 persen dari tahun sebelumnya. Lalu pada 2011 , justru ada peningkatan sebesar 9,22 persen atau 77 juta dolar AS. Dan pada Mei 2012 menunjukan, ada peningkatan ekspor rotan menjadi 92 juta dolar AS atau naik sebesar 18,87 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com