Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Harus Waspadai Tingginya Risiko Krisis Global

Kompas.com - 12/07/2012, 14:33 WIB
Hidayatul Fajri

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Dunia melaporkan, Indonesia mampu melewati krisis Eropa dan Amerika Serikat saat ini dengan pertumbuhan pada 2012 yang diprediksikan masih kuat di angka enam persen. Namun, Indonesia tetap harus meningkatkan kesiagaannya guna menghindari dampak jangka panjang krisis tersebut.

"Meskipun Indonesia masih kuat dibandingkan ekonomi negara berkembang lainnya, namun Indonesia tidak dapat menghindar dari dampak penurunan ekonomi global," kata Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Stefan Koeberle, pada diskusi di Gedung BKPM, Jakarta, Kamis (12/7/2012).

Stefan menjelaskan, gejolak aliran modal portofolio dan pasar saham menunjukkan, ekonomi Indonesia tidak kebal dari ketidakpastian di zona Euro. Menurut dia, banyak investor asing menarik keluar kepemilikan asetnya dari dalam negeri guna menghindari tingginya risiko internasional pada Mei 2012 lalu. Pasar ekuitas Indonesia pun mengalami penurunan tajam sebelum kembali naik.

"Aliran keluar portofolio, ditambah neraca perdagangan yang melemah, menekan rupiah yang terus mencatatkan depresiasi terhadap Dolar AS dengan penurunan sebesar 9,8 persen sejak Agustus 2011. Juga, terjadi pengetatan likuiditas Dolar AS di dalam negeri," ujarnya.

Selain itu, ia menambahkan, harga-harga komoditi ekspor utama Indonesia mengalami penurunan hampir 20 persen, seperti batubara, karet, minyak sawit, dan tembaga. Penurunan tersebut mengakibatkan pertumbuhan ekspor dalam beberapa bulan terakhir menurun. Namun, pertumbuhan impor barang tetap menguat. Neraca perdagangan pun bergeser ke arah defisit pada April dan Mei.

"Dengan masih belum jelasnya penyelesaian krisis Eropa dan potensi yang masih berlanjut terhadap tekanan lain yang dapat menurunkan proyeksi global seperti China atau negara berkembang lainnya, kemungkinan lebih buruk bagi lingkungan eksternal jangka pendek Indonesia," tuturnya.

Ia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali meningkat pada 2013 dengan meningkatnya stabilitas internasional menjadi 6,4 persen. Hal ini disebabkan pertumbuhan investasi dan konsumsi dalam negeri terus meningkat. Walaupun pada tahun berjalan ini, indikator investasi mencerminkan ketidakpastian dalam ekonomi dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

    Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

    Spend Smart
    3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

    3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

    Earn Smart
    [POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

    [POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

    Whats New
    Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

    Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

    Spend Smart
    Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

    Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

    Whats New
    Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

    Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

    Whats New
    Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

    Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

    Whats New
    Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

    Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

    Whats New
    Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

    Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

    Whats New
    Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

    Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

    Whats New
    Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

    Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

    Whats New
    Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

    Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

    Whats New
    Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

    Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

    Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

    Work Smart
    Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

    Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com