Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengembangan Bahan Bakar Nabati Terkendala Harga

Kompas.com - 19/07/2012, 16:11 WIB
Evy Rachmawati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -  Pengembangan bahan bakar nabati di Tanah Air berjalan lamban. Kondisi ini terjadi karena kalah bersaing dengan harga bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini mendapat subsidi pemerintah, sehingga konsumen cenderung memilih memakai BBM.  

Hal ini disampaikan Wakil Presiden Komunikasi Korporat PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir, Kamis (19/7/2012), di Plasa Indonesia, Jakarta.  

Menurut Ali Mundakir, pengembangan bahan bakar nabati (BBN) masih lambat karena harga BBM yang mendapat subsidi pemerintah masih rendah. "Agar bisa berkembang, memang harus ada regulasi, karena energi yang terbarukan lebih mahal dari yang konvensional, apalagi harga premium masih Rp 4.500 per liter. Prinsipnya, kalau masih ada subsidi BBM, mau dikembangin apa saja juga sulit," ujarnya.  

"Perlu kebijakan serius, harus didorong, di samping pelan-pelan mengurangi subsidi," kata Ali Mundakir menegaskan.

Sebagai perbandingan, harga BBM di Filipina mencapai Rp 12.000 per liter. Bahkan di Brasil, harga BBM dijual di atas harga internasional.   Selain itu, pemanfaatan BBN terkendala tingginya harga bahan baku yaitu minyak sawit. Sebab, komoditas minyak sawit lebih banyak diekspor oleh pengusaha karena harganya relatif tinggi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com