JAKARTA, KOMPAS.com - Produk furnitur dari kerajinan bambu dan rotan ternyata bukan hanya dinikmati dari dalam negeri dan negara Asia saja. Negara maju seperti Amerika Serikat pun menyukai mebel tersebut untuk menghiasi interior di apartemen atau rumah mereka. Demikian Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan RI Gusmardi Bustami pada launching kompetisi desain furnitur rotan dan bambu di kantor Kemendag, Jakarta, Rabu (25/7/2012).
"Kalau di negara-negara maju seperti Amerika, lebih senang mengganti perabotan mebel mereka yang ada di ruangan rumah dengan yang terbuat dari bambu ataupun rotan," kata Gusmardi.
Ia mengatakan, perabotan mebel dari rotan ataupun bambu lebih ringan, efisien, tidak makan tempat, dan ramah lingkungan bila dibandingkan dengan terbuat dari kayu. Selain itu, ada kesan traditional style, antique tyle, modern style dan contemporary style yang merupakan perpaduan gaya antara tradisional dan modern.
Khususnya dalam hal ringannya furnitur rotan atau bambu tersebut, ini dirasakan oleh rumah tangga di Amerika lebih efisien daripada mebel dari kayu yang berat dan berukuran besar. Banyak keluarga di negeri Paman Sam ini lebih suka mengontrak rumah atau menyewa apartemen ketimbang beli rumah sendiri. "Nah, kalau berpindah-pindah seperti ini, pastinya rumah tangga dengan mebel rotan atau bambu lebih mudah dibawanya dan biaya angkutnya pun lebih murah," ungkap Gusmardi.
Sementara itu, seperti yang dilansir dari laman Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI), ada fenomena global warming yang disebabkan oleh deforestasi, sehingga muncul trend di masyarakat Amerika Serikat merubah gaya hidupnya yang lebih peduli kelestarian dan ramah lingkungan alam.
Lalu, muncul lah trend yang disebut Green Design Furniture (GDF), yakni furnitur yang dirancang dan dibuat dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Mebel dari rotan pun masuk alam kategori GDF karena berasal dari bahan baku yang ramah lingkungan. "Ini peluang bagi pelaku bisnis di bidang rotan dalam negeri untuk meningkatkan ekspor kerajinannya daripada bahan bakunya sendiri. Agar daya saing dan nilai tambah dari rotan tersebut dapat meningkat," ungkap Gusmardi.
Pada 2006 Indonesia berada di peringkat kedelapan sebagai salah satu pemasok furniture terbesar ke Amerika Serikat. Sementara di atasnya ada China, Kanada, Mexico, Italy, Vietnam, Malaysia dan Taiwan. Trend pertumbuhan ekspor furnitur ke Amerika Serikat pun mencapai 4,7 persen selama periode 2002-2005. Lalu pada 2011, total ekspor rotan dan bambu sebesar 262,7 juta AS dolar. Dari angka tersebut, 70 persennya merupakan ekspor furnitur rotan dan bambu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.