JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Primer Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (KOPTI) wilayah Jakarta Timur, Suyanto, mengatakan, produksi tahu dan tempe di DKI Jakarta akan kembali berjalan. Namun, harga tahu dan tempe di pasaran akan tetap dinaikkan.
"Mulai besok, tahu dan tempe akan kembali didistribusikan kepada pedagang di pasar tradisional dan pasar modern di Jakarta. Namun, harga tahu dan tempe di pasaran akan tetap dinaikkan," ujar Suyanto, di Jakarta, Jumat, (27/7/2012).
Menurutnya, harga tempe dan tahu akan naik harganya mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 2.000. "Untuk tempe yang biasa dijual Rp 1.000 naik menjadi Rp 2.000 per potong. Sedangkan yang ukuran besar, biasanya Rp 6.000 dinaikkan menjadi Rp 8.000," katanya.
Suyanto mengatakan, pihaknya telah melakukan pertemuan antara perajin tahu dan tempe dengan Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) DKI Jakarta.
Dari pertemuan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi perajin tahu dan tempe.
Diantaranya, menurunkan bea masuk impor kedelai dari 5 persen menjadi 0 persen, terhitung 1 Agustus hingga Desember 2012. Kemudian, pengusaha akan difasilitasi untuk membeli kedelai langsung ke importir.
Untuk membantu perajin terlibat langsung dalam mengimpor kedelai, terkait pendanaan, mereka akan difasilitasi dengan bantuan perbankan.
"Penurunan bea impor kedelai merupakan tuntutan utama para perajin. Saya mengharapkan, peniadaan bea impor ini berlangsung terus. Tidak hanya sampai Desember 2012 saja. Dulu tahun 2008 bea impor dinaikkan, kami (perajin tahu dan tempe) turun ke jalan menuntut agar dihapuskan. Sehingga dari 2008 sampai 2011 itu tidak ada bea impor sama sekali," ujar Suyanto.
Kemudian, kata Suyanto, baru pada awal 2012 dikenakan lagi sebanyak 5 persen. "Seharusnya jangan sampai kami turun lagi ke jalanan agar bea impor kedelai ditiadakan," katanya.
Ia menuturkan, pihak Kopti mendukung gagasan pemerintah dalam melibatkan perajin tahu dan tempe untuk membeli langsung kedelai ke importir.
"Tetapi, tanpa pendanaan dari pemerintah, gagasan tersebut tidak akan bisa direalisasikan. Kami tidak punya dana, pengalaman juga tidak ada. Kemarin memang perwakilan dari Bank DKI turut hadir, tetapi belum ada pembahasan lebih lanjut," tandas Suyanto.
Seperti yang diberitakan, sejak 25-27 Juli ini perajin tahu dan tempe melakukan aksi mogok produksi. Aksi tersebut merupakan respons atas kenaikan harga kedelai di pasaran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.