JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah aksi mogok 25-27 Juli lalu, para perajin tahu dan tempe sudah mulai melakukan produksi pada Jumat malamnya. Kini, harga kedelai di pasaran yang sebelumnya Rp 8.000 menjadi Rp 7.500 per kilogram.
Sekalipun bea masuk kedelai impor sudah dihapuskan, pihak Pusat Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Puskopti) merasa harga tersebut masih jauh dari harga yang seharusnya bagi perajin, yakni kisaran Rp 6.000-Rp 6.500 per kilogram.
Demikian kata Ketua Puskopti Jakarta Selatan Sutaryo kepada Kompas.com, di Jakarta Selatan, Senin ( 30/7/2012 ). "Penghapusan bea masuk, sekarang harga kedelai Rp 7.500. Kita belum terima, idealnya Rp 6.000-Rp 6.500 per kilogram," kata Sutaryo.
Sutaryo mengemukakan, ada kemungkinan juga, harga yang sekarang ini akan meningkat sekitar Rp 200 -Rp 250. "Ini kan namanya stabilitas harga. Jadi dengan harga Rp 7.500 juga sudah cukup menguntungkan perajin. Untuk satu kilo gram kedelai, bisa produksi sekitar 1,5 kilogram. Sekarang harga pasaran tahu tempe sekitar Rp 8.000 per kilogram," jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Suswono mengatakan, harga kedelai nasional memang harus harus disesuaikan sehingga tidak terlalu membebani petani. "Sekitar Rp 5.000 (harga) kedelai itu buat petani sangat berat. Memang idealnya harus di atas Rp 7.000, apalagi kalau sampai Rp 8.000 berarti itu ada peluang bagi petani," ujarnya.
Suswono menyebutkan, harga kedelai saat ini seharusnya memicu para petani untuk menanam kedelai lebih banyak lagi. Untuk menghasilkan kedelai, petani membutuhkan waktu sekitar 2,5 bulan dari mulai masa tanam hingga panen.
Ada kemungkinan jika para petani mulai menanam dari sekarang, maka pada dua sampai tiga bulan kedepan harga kedelai masih cukup baik untuk para petani. "Yang jelas para petani jangan sampai kehilangan momentum," ujarnya.
Pemerintah pun beberapa waktu kedepan harga kedelai tidak akan terus naik jika belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Ia juga mengimbau para perajin tempe tahu untuk mencari alternatif sementara agar tetap meraih keuntungan di saat harga bahan baku naik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.