Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diperlukan Stok Penyangga untuk Kedelai

Kompas.com - 30/07/2012, 15:21 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Tadjuddin Noer Said menyebutkan, Pemerintah perlu menerapkan sistem stok penyangga (buffer stock) bagi kedelai. Ini diperlukan untuk mengantisipasi dan meminimalkan gejolak harga kedelai di masa yang akan datang.

"Jadi dalam pengertian buffer stock yang kita inginkan di sini tentu adalah mekanisme yang bisa menjaga ketersediaan daripada kebutuhan rakyat dengan kemampuan beli rakyat itu sendiri," sebut Tadjuddin, di Kantor KPPU, Jakarta, Senin (30/7/2012).

Sistem stok penyangga ini harus dikontrol penuh oleh Pemerintah. KPPU yakin bahwa Pemerintah secara teknis memiliki kemampuan untuk memperkirakan terjadinya penurunan pasokan kedelai di pasar dunia seperti yang terjadi saat ini. Mengingat jangka waktu proses pemesanan dan pengiriman kedelai rata-rata memakan waktu sampai tiga bulan, maka proyeksi setidaknya dapat dijadikan dasar bagi lembaga stok penyangga untuk mulai melakukan penyediaan kedelai.

Hal itu harus dilakukan sebagai langkah antisipatif. Bila gejolak harga, misalnya, naik seperti yang diperkirakan maka lembaga stok penyangga telah siap dengan persediaan kedelai untuk memenuhi penetapan harga sesuai harga perolehannya.

"Jadi sudah waktunya kita tidak berbicara tentang hanya harga murah, tapi kita berbicara dari sisi potensi kemampuan publik untuk membeli," tegas Tadjuddin.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Biro Humas dan Hukum KPPU Ahmad Junaidi mengungkapkan bahwa kondisi kenaikan harga komoditas, seperti pada kedelai, bisa kembali terulang dua hingga tiga tahun ke depan. "KPPU tidak anti buffer stock. Itu diperlukan untuk menjamin kestabilan harga," tandas Ahmad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com