Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penghapusan Bea Masuk Kedelai Tak Siginifikan Turunkan Harga

Kompas.com - 30/07/2012, 16:29 WIB
Dimasyq Ozal

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Pusat Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Puskopti) Jakarta Selatan, Sutaryo mengatakan, penghapusan bea masuk kedelai impor oleh pemerintah, tidak terlalu berpengaruh besar terhadap harga yang ideal bagi perajin.

 

Puskopti sendiri tidak bisa berbuat apa-apa dengan keadaan harga tersebut. Pasalnya, harga kedelai domestik tergantung dari harga kedelai yang dijual oleh negara eksportir.

 

"Ini kan namanya stabilitas harga. Jadi dengan harga Rp 7.500 juga sudah cukup menguntungkan perajin. Untuk satu kilo gram kedelai, bisa produksi sekitar 1,5 kilo gram. Sekarang harga pasaran tahu tempe sekitar Rp 8.000 per kilo gram," kata Sutaryo, Senin (30/7/2012).

 

Ia mengakui, guna memenuhi kebutuhan wilayah DKI Jakarta yang mencapai 10.000 ton kedelai per bulan, pihak perajin harus mengekspornya sebanyak 80 persen. Ini diperparah, sebagian besar petani domestik belum memproduksi kedelai. Dari 10.000 ton kedelai tersebut, 70 persennya akan diolah menjadi tempe.

 

"Penghapusan bea masuk, sekarang harga kedelai Rp 7.500. Kita belum terima, idealnya Rp 6.000-Rp 6.500 per kilo gram," kata Sutaryo

 

Sementara itu, pemilik unit usaha Rian Puspita Jaya yang bergerak dibidang penyewaan infrastruktur olah tahu dan distributor kedelai ke perajin, Fauzan, membenarkan bahwa penghapusan bea masuk tidak membuat harga ideal bagi perajin.

 

"Yang saya lihat, Amerika sebagai penghasil kedelai terbesar di dunia sedang mengalami kekeringan. Harga jual ekspor mereka pun akan lebih mahal pastinya," tutur Fauzan.

 

Sebelumnya, Menteri Pertanian Suswono mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri, Indonesia masih bergantung pada impor dari negara lain daripada produksi domestik.

 

"Saat ini saja, sekitar 60 persen kedelai ini diimpor, sementara produksi (kedelai) kita baru bisa meng-cover 40 persen (kebutuhan kedelai nasional)," ujar Suswono, Selasa (24/7/2012) lalu.

 

Akibat impor kedelai cukup tinggi, harga di dalam negeri pun juga dipengaruhi oleh keadaan di negara penghasil keledai terbesar di dunia, yakni Amerika Serikat.

 

"Amerika sebagai penghasil kedelai yang cukup besar di dunia, memang saat ini kena dampak akibat kekeringan sehingga memang ada penurunan produksi dan juga ada pembelian besar-besaran dari China," terang Suswono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

    3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

    Earn Smart
    [POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

    [POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

    Whats New
    Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

    Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

    Spend Smart
    Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

    Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

    Whats New
    Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

    Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

    Whats New
    Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

    Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

    Whats New
    Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

    Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

    Whats New
    Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

    Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

    Whats New
    Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

    Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

    Whats New
    Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

    Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

    Whats New
    Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

    Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

    Whats New
    Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

    Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

    Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

    Work Smart
    Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

    Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

    Whats New
    Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

    Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com