JAKARTA, KOMPAS.com — Optimisme para pelaku pasar terhadap dua bank sentral besar di AS dan Eropa semakin merosot. Sejauh ini belum ada tindakan apa pun dari kedua bank sentral itu untuk mengatasi krisis utang di zona euro.
"Hari ini rupiah potensi bergerak dengan kecenderungan konsolidasi hingga melemah," ujar Kepala Riset dari BNI unit Treasury Nurul Eti Nurbaeti, dalam catatannya di Jakarta, Selasa (31/7/2012).
Turunnya optimisme pelaku pasar atas langkah dua bank sentral ternama itu mengisyaratkan terbatasinya gerakan rupiah. Bahkan, tren pergerakan dollar AS ke rupiah yang mendekati level Rp 9.500-an di pasar NDF juga memunculkan peluang pelemahan mata uang rupiah terhadap dollar AS.
Terlebih lagi lelang obligasi pemerintah ataupun SBSN tidak diadakan di minggu ini sehingga seakan tak ada support tambahan buat kurs rupiah saat akhir bulan. Sementara estimasi data inflasi Juli yang lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya semakin memberatkan posisi rupiah.
Penjagaan Bank Indonesia atas rupiah di pasar valas berpeluang mengurangi laju depresiasi mata uang rupiah.
Hari Senin (30/72012), kurs rupiah ditutup melemah tipis di level Rp 9.455, dibandingkan dengan level pembukaan pada Rp 9.445 per dollar AS setelah bergerak di kisaran Rp 9.440 - Rp 9.480 per dollar AS.
Sentimen positif pasar global yang menaungi IHSG hingga menembus level 4.100 tak lantas ikut menyokong pergerakan rupiah. Bahkan, rupiah pun tetap terdepresiasi meski tipis, di tengah surutnya permintaan importir lokal atas dollar AS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.