Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Pangan Sekadar Penjumlahan

Kompas.com - 31/07/2012, 10:28 WIB
Hermas Effendi Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kemelut kedelai dan komoditas pangan utama lain yang selama ini terjadi merupakan dampak dari lemahnya konstruksi kebijakan pangan nasional.

Kebijakan pangan nasional tidak dirancang sungguh-sungguh yang mengarah pada satu tujuan, tetapi acap kali tumpang tindih dan berbenturan antarsektor. Kebijakan pangan yang ada sekarang sekadar penjumlahan dari kebijakan masing-masing sektor yang tak jarang berbenturan satu dengan lainnya.

Pengamat perberasan, Husein Sawit, mengemukakan itu di Jakarta, Selasa (31/7/2012).

Husein menyebutkan, kebijakan pangan yang ada sekarang sekadar penjumlahan dari masing-masing sektor. Tidak ada sinergi antarkebijakan sektoral yang saling menguatkan menuju pencapaian ketahanan dan kemandirian pangan nasional.

"Ini terjadi karena kebijakan pangan dirancang di tingkat sektor. Harusnya, kebijakan pangan dirumuskan secara nasional dan kebijakan sektor harus mendukung bangunan/konstruksi kebijakan pangan nasional," katanya.

Husein mencontohkan, Kementerian Pertanian memiliki kebijakan dan target mencapai swasembada pangan. Kementerian Pekerjaan Umum merasa tidak perlu investasi di infrastruktur pendukung, seperti bendung dan jalan-jalan desa, karena return of invesment rendah.

BUMN juga tidak diarahkan mendukung kebijakan pertanian. Kebijakan sektor keuangan juga tidak memberikan keistimewaan pada pembiayaan sektor pertanian. Suku bunga kredit di sektor pertanian tinggi, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kredit konsumtif kepemilikan kendaraan.

Kementerian Industri juga tidak mau diarahkan pada pengembangan industri pertanian dan peralatan penunjang. Kementerian Perdagangan juga fokus pada perlindungan konsumen sehingga membebaskan bea masuk impor.

"Seharusnya pembangunan pangan nasional ditetapkan di awal oleh pemerintah, sektor-sektor lain mewujudkan itu sehingga ada sinergi dan tidak terjadi tabrakan antarkebijakan sektoral," ucap Husein.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com