Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saham Astra, Pilih Induk atau Anaknya?

Kompas.com - 10/08/2012, 14:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kurang lengkap membahas bursa tanpa menyebut grup Astra. Maklum, total nilai kapitalisasi pasar mereka kini yang mencapai
Rp 424 triliun menjadi daya tarik tersendiri. Bagaimana kiat yang tepat untuk memilih saham di grup Astra?

Rasanya tidak berlebihan jika kita menyebut grup Astra memiliki reputasi mentereng di jagat pasar modal Indonesia. Dengan total kapitalisasi pasar saat ini yang sekitar Rp 424 triliun, rasanya wajar jika para investor kakap rajin mencermati saham beberapa emiten di dalam grup Astra.

Memang, saham-saham grup Astra memiliki banyak daya tarik. Mulai dari tata kelola atau corporate governance yang baik, rajin membagikan deviden, hingga kinerja keuangannya yang menawan.

Tengok saja sepak terjangnya di semester pertama tahun 2012. Sebagai induk perusahaan grup Astra, PT Astra International Tbk (ASII) berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 25,77 persen menjadi Rp 95,92 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2011. Ujung-ujungnya, emiten bersandi ASII tersebut berhasil mencetak laba bersih Rp 9,68 triliun alias naik 12,69 persen!

Sebagai induk usaha, Astra Internasional mengandalkan bisnis distribusi otomotif. Lini bisnis ini masih merupakan penyumbang terbesar laba bersih mereka di medio 2012, yakni mencapai 50,4 persen, naik dari tahun sebelumnya sebanyak 40,6%. Kontribusi laba bersih terbesar kedua disumbang dari sektor alat berat dan tambang yang digawangi PT United Tractrors Tbk (UNTR). Kontribusi laba mereka mencapai 19,3%, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang masih 17,9 persen.

Sementara, kontribusi jasa keuangan, lewat PT Bank Permata Tbk (BNLI), menyusut dari 20,1 persen menjadi 18,6 persen. Lalu, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) masing-masing menyumbang 7,9 persen dan 3,3 persen ke laba bersih Astra.

Terakhir, PT Astra Graphia Tbk (ASGR) menyumbang 0,6 persen. Kendati demikian, Astra Graphia menarik dicermati. Sebab, perusahaan ini membukukan peningkatan kinerja paling tinggi. Laba bersih per Juni 2012 melonjak 32,21 persen jadi Rp 70,35 miliar dari periode yang sama 2011 yang senilai Rp 53,21 miliar.

Kemampuan Astra Graphia menghasilkan laba terbilang bagus. Return on equity (ROE) Astra Graphia mencapai 28,12 kali, lebih tinggi ketimbang sang induk, yang sebesar 27,70 kali. Sayang, likuiditas saham Astra Graphia tidak terlalu menarik. Dari 1,35 miliar saham yang mereka catatkan, hanya 23,13 persen yang beredar di masyarakat.

Meski demikian, dalam risetnya 2 Agustus lalu, analis Kim Eng Securities Adi N. Wicaksono tetap merekomendasikan beli saham ASGR target harga Rp 1.840 per saham hingga 12 bulan mendatang. Angka ini mencerminkan rasio harga terhadap laba bersih per saham atau price to earning ratio (PER) 2012 sebesar 14,3 kali. Kamis (9/8/2012), harga saham ASGR berada di Rp 1.320. Artinya, masih ada potensi kenaikan harga sebesar 39,39 persen lagi.

Pilih induk lebih aman

Sedikit paparan di atas sebenarnya menggambarkan, secara umum, semua emiten anggota grup Astra menarik dicermati. Lantas, haruskah semua saham Astra diborong investor atau ada strategi khusus memilah-milah saham yang paling sesuai masuk keranjang portofolio?

Frederick Daniel Tanggela, analis Trimegah Securities berpendapat, bagi investor jangka panjang, saham Astra International pantas masuk keranjang investasi. Maklum, Astra International menjadi payung seluruh lini bisnis grup Astra. Jika salah satu lini bisnis sedang terkena sentimen negatif, kinerja lini bisnis yang lain akan menutupinya. “Risiko sektornya tentu akan lebih terdiversifikasi,” tutur Frederick.

Apalagi, sejak pemecahan saham, saham induk usaha itu kini lebih likuid dan lebih terjangkau oleh investor ritel. Pekan lalu, harga saham ASII bertahan di Rp 7.000 per saham.

Sementara, investor jangka pendek silakan memilah saham-saham anak usaha Astra yang punya kinerja dan prospek apik di sektornya. “Saham AUTO (Astra Otoparts) salah satu yang menarik,” kata Frederick.

Astra Otoparts punya sejarah kinerja yang bagus dari tahun ke tahun. Tahun ini, ia perkirakan, penjualan komponen otomotif anak usaha Astra ini bisa menembus angka Rp 6,1 triliun atau naik sekitar 20 persen dari tahun sebelumnya. Laba bersihnya pun ia prediksi naik hingga 33 persen menjadi Rp 1,3 triliun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com