Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produk Dalam Negeri

Kompas.com - 21/08/2012, 09:42 WIB
Abun Sanda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kalau sedang main ke mal-mal di kota-kota besar Indonesia, cobalah perhatikan dengan kritis toko, restoran, dan supermarket di sana! Berapakah  produk asli Indonesia? Berapa toko pakaian, sepatu, tas, parfum, serta arloji dan aksesori lain yang menjual produk dalam negeri? Berapa restoran yang menyajikan masakan asli atau khas Indonesia?

Jawabannya tidak lebih dari separuh. Restoran hanya beberapa yang benar-benar menyajikan masakan/makanan khas Indonesia, semisal sate padang, nasi padang, soto ambengan, soto kudus, sop konro, nasi liwet, soto betawi, bakso malang, aneka masakan ala Sunda dan sebagainya. Selebihnya adalah masakan/makanan dari mancanegara.


Tengok pula kafe! Berapa banyak kafe yang benar-benar berciri Indonesia? Tidak lebih dari separuh. Umumnya, kafe yang hadir adalah  waralaba dari Amerika Serikat, Perancis, Belanda, Hongkong, Singapura, dan Malaysia. Menyedihkan? Ya, memang menyedihkan.  Sebagian di antara masyarakat kita malah lebih akrab  dengan waralaba dari negara mungil seperti Singapura.

Bayangkan, sebagian di antara kita terpesona oleh waralaba yang menawarkan roti bakar  srikaya, teh tarik, dan telur setengah matang. Kita pun pasti bisa membikin yang serupa, tetapi agaknya publik lebih tertarik produk dari negeri jiran. Lalu roti bakar pakai selai, telur setengah matang, di warung-warung STMJ (susu, telur, madu, dan jahe), lewat begitu saja. Padahal tak kalah enak, hanya beda lokasi penyajian.

Ini baru sebagian masalah. Hal yang tidak kalah menariknya adalah kalahnya produsen dalam negeri dengan  produsen luar negeri. Namun, siapa yang bisa geram? Ini bagian dari mekanisme pasar, ini persoalan permintaan dan penawaran.
Sepatu dari Inggris, misalnya, harganya tidak berselisih jauh dengan sepatu dalam negeri. Namun, sepatu itu awet, bisa dipakai bertahun-tahun. Dan, repotnya, banyak yang merasa sepatu seperti itu makin tua makin empuk dan nyaman dikenakan. Tidak heran kalau ia laku keras di pasaran.

Tentu tidak semua sepatu luar negeri yang mahal bermutu baik. Banyak juga yang mutunya amburadul, tetapi itu tadi, banyak yang terpesona pada merek dan harga. Yang mahal bukan main dikategorikan berkualitas tinggi, padahal belum tentu. Sebaliknya, ada banyak merek dalam negeri yang mutunya keren, tetapi pemasarannya kalah telak dengan sepatu luar negeri. Akibatnya, ia tidak bisa berkompetisi ketat dengan sepatu-sepatu merek terkenal dari luar negeri.
Di arena lain, pakaian, arloji, tas, perhiasan, parfum, dan aneka aksesori juga masih didominasi  produk-produk luar negeri.

Ada juga produk dalam negeri yang mencoba masuk dalam ruang kompetisi bisnis. Ada yang sukses, tetapi ada juga yang belum beruntung. Kita ambil patokan sukses saja. Alangkah baiknya kalau  pengusaha  mengambil teladan dari pengusaha yang sukses tersebut.

Betapa asyiknya kalau  pengusaha nasional berani naik ke panggung persaingan bisnis dengan menawarkan produk berkelas yang diterima publik. Indah nian persaingan itu, dan kita memberi respek kepada  produsen dalam negeri yang berani bertarung dan  memenangi pertarungan bisnis itu.

Persaingan bisnis tidak hanya menekankan pada kualitas produk, penjualan, dan terobosan pemasaran, tetapi juga kecerdasan, percaya diri, dan nyali untuk bersaing di pentas bisnis yang penuh lika-liku.

Pasar, sebagaimana sifatnya, selalu mengapresiasi siapa pun yang bisa meluncurkan produk berkualitas dan dipasarkan dengan cerdas, tahu posisi dan peluang pasar.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com