Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bandara Karawang Terhambat Masalah Lahan

Kompas.com - 29/08/2012, 15:49 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana pembangunan bandara di Karawang Jawa Barat hingga saat ini masih terhambat masalah lahan. Proyek yang rencananya akan dibangun pada 2015 ini masih terkena sengketa lahan dengan Perum Perhutani.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti Singayudha Gumay mengatakan studi bandara di Karawang telah selesai dilakukan. Namun hingga saat ini masalah lahan masih menjadi hambatan dalam pembangunan bandara yang merupakan bandara tambahan setelah bandara Soekarno Hatta di Tangerang.

"Saat ini terkendala masalah lahan karena lahan yang rencananya untuk bandara tersebut masih sekitar 80 persen dimiliki oleh Perum Perhutani," kata Herry di Indonesia International Infrastructure Conference and Exhibitions (IIICE) di Jakarta Convention Center Jakarta, Rabu (29/8/2012).

Kendati demikian, pemerintah akan mengusahakan penyelesaian masalah lahan ini dengan Pemerintah Daerah setempat dan Perum Perhutani secara langsung. Bagaimanapun, Perum Perhutani menggunakan lahan seluas 3 x 3 km tersebut untuk hutan kota. Jika dialihfungsikan, kata Herry, maka hutan kota akan lenyap dan tentu saja akan mengganggu Rencana Tata Ruang Wilayah setempat. Hal inilah yang menjadi perdebatan antara kedua instansi.

"Tapi dengan adanya Undang-undang pertanahan maka lahan tersebut bisa diganti dengan lahan di tempat lain. Artinya hutan kota juga bisa dialihkan ke tempat lain," tambahnya.

Meski hutan kota akan dialihkan, namun pembangunan bandara Karawang ini akan tetap mengutamakan hutan kota di dalamnya. Rencananya, bandara ini akan memiliki konsep aerotropolis yaitu tetap membertahankan konsep kota tapi masih mempertahankan konsep eco-green environtment. "Bandara ini akan berkonsep eco airport, jadi hutan masih ada di dalamnya," tambahnya.

Sekadar catatan, rencana pembangunan bandara di Karawang, Jawa Barat, tidak akan dibatalkan apabila PT Angkasa Pura II tetap mambangun runway 3 Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Banten. Pemerintah akan melakukan studi tambahan untuk lingkungan, sekaligus kalau tahun ini diputuskan oleh pemerintah, maka ground breaking akan dilakukan pada 2015 nanti.

Saat ini, bandara Soekarno Hatta hanya sanggup menampung 70 juta penumpang, khususnya setelah ada pembangunan runway 3 Soekarno Hatta. Untuk mengatasi lonjakan penumpang di tahun 2015, pemerintah harus menambah pembangunan bandara di tempat lain, terutama di Karawang Jawa Barat.

Rencananya bandara Karawang ini akan melewati tiga fase utama. Fase pertama, pembangunan bandara ini akan berkapasitas 30 juta penumpang. Namun hingga 2015 mendatang, kapasitas bandara yang diperuntukkan untuk penerbangan domestik dan internasional ini juga akan dinaikkan hingga 100 juta penumpang, sama seperti bandara Soekarno Hatta di Tangerang, Banten.

"Nanti juga akan dikembangkan berupa integrasi dengan moda transportasi kereta api dari Jakarta ke bandara," tambahnya.

Terkait investor, pemerintah akan mengundang pihak swasta untuk bergabung mengembangkan bandara ini. Namun hingga saat ini baru hanya pembicaraan internal terkait investasi tersebut. "Jepang dan perusahaan lokal juga berminat dalam pembangunan bandara ini, tapi nilai investasinya belum bisa ditentukan. Rencananya 2 minggu lagi akan keluar nilai investasinya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com