JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Kamis (6/9/2012) melaporkan pada penutupan perdagangan di bursa CBOT (Chicago Board of Trade ), harga kedelai berjangka mengalami penurunan. Harga kedelai berjangka untuk kontrak pengiriman bulan September mengalami penurunan sebesar 23 sen dan ditutup pada posisi 17,48 dollar AS per bushel.
Harga kedelai berjangka untuk kontrak pengiriman bulan November mengalami penurunan sebesar 20,75 sen dan ditutup pada posisi 17,475 dolar AS per bushel. Penurunan harga Kedelai dipengaruhi kekhawatiran pelaku pasar terkait akan terjadinya kembali pelemahan ekonomi secara global.
Di pasar minyak nabati lainnya, minyak kedelai AS untuk Desember pengiriman turun 0,7 persen pada akhir perdagangan Asia dan paling aktif Januari 2013 minyak kedelai kontrak di Dalian Commodity Exchange ditutup 0,7 persen, lebih rendah menjadi 10,180 yuan per ton.
Volume perdagangan minyak kedelai di CBOT mencapai 6.737 lot, sementara di Dalian mencapai 446. 016 lot. Sementara itu, di dalam negeri, ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga kedelai saat ini. Pertama, rendahnya produksi kedelai nasional. Rata-rata kebutuhan nasional saat ini diperkirakan 2,4 juta ton per tahun atau sekitar 200.000 ton per bulan.
Target produksi 2012 diperkirakan 1,9 juta ton per hektar, sementara hasil dalam triwulan I-2012 hanya 200.000-an ton, jauh dari target 400.000-an ton. Dalam kenyataannya, selama ini tiap tahun hanya bisa memproduksi 40 persen dari kebutuhan nasional, sisanya impor. Kedua, untuk mengimpor kedelai dari pasar internasional Indonesia harus bersaing dengan negara lain.
Pada tahun 2010/2011 saja negara dengan kemampuan finansial jauh lebih besar dari Indonesia, seperti China, mengimpor kedelai lebih dari 50 juta ton. Jumlah itu menjadikan China sebagai importir kedelai terbesar disusul Uni Eropa, Meksiko, dan Jepang.
Saat ini 60 persen produksi kedelai dunia dihasilkan Brasil dan Amerika Serikat. AS menyumbang produksi hampir 40 persen dan dalam satu tahun terakhir produksi kedelai AS dan Brasil menurun. Hal ini kemudian berdampak pada kenaikan harga kedelai dunia. Berdasarkan data setahun terakhir, terjadi kenaikan harga kedelai dunia, terutama yang berasal dari AS, Brasil, dan Argentina, 19-27 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.