JAKARTA, KOMPAS.com-Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, pemeringkatan daya saing, yang dilakukan oleh sejumlah lembaga tak perlu ditanggapi serius. Hasil pemeringkatan itu hanya sebagai tambahan informasi, jadi tidak perlu dipakai sebagai acuan utama.
"Itu hanya tambahan informasi saja. Sebaiknya kita fokus ke dalam. Jangan juga terlalu percaya pada hasil rating-rating seperti itu. Ingat dulu saat group Lehman Brothers bangkrut terjadi setelah statusnya sedang bagus yakni AAA. Sama halnya dengan krisis di negara Eropa saat ini, sesuai peringkat hasil mereka rata-rata bagus," paparnya.
Berdasarkan data dari World Economic Forum (WEF), posisi daya saing ekonomi Indonesia turun 4 peringkat dari posisi 46 di tahun lalu menjadi di posisi 50 di tahun ini. Posisi tersebut menyebabkan Indonesia berada di ranking paling bawah di antara negara-negara se-kawasan. Misalnya, seperti Malaysia yang masih bertengger di posisi 25, Brunei Darussalam di posisi 28, China di posisi 29 dan Thailand di posisi 38.
Sementara peringkat 4 besar untuk peraih daya saing ekonomi terbaik ini adalah Swiss, Singapura, Finlandia dan Swedia. Posisi Amerika Serikat yang semula di posisi 5 kini bergeser ke posisi 7. Swiss dianggap memiliki peringkat terbaik untuk daya saing ekonomi karena memiliki sistem pendidikan terbaik. Selain itu, pemerintah juga royal dalam memberikan dana untuk riset.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.