Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinamika Berasuransi di Kota Besar

Kompas.com - 24/10/2012, 15:54 WIB

KOMPAS.com - Perbedaan pola perilaku, budaya dan biaya hidup di antara kota-kota dapat mempengaruhi persepsi orang berasuransi dan tingkat kesadaran menghadapi musibah yang tak terduga. Walau begitu, hasil studi AIA Financial tidak menemukan pola yang teratur yang menjadi ciri khusus satu kota.

Survei tersebut menyimpulkan, hanya bagian kecil saja responden yang membeli sendiri perlindungan asuransinya. Kebanyakan responden mendapat perlindungan asuransi dari kantornya masing-masing. Yang cukup melegakan adalah besarnya kesadaran mereka yang sudah memiliki asuransi di semua kota yang disurvei untuk memproteksi juga pasangan dan anak-anaknya, dan tidak semata untuk dirinya sendiri saja.

Responden yang tinggal di Jakarta, Semarang, dan Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) umumnya mendapat asuransi dari kantornya hanya untuk perlindungan kematian. Sedangkan perlindungan untuk penyakit kritis seperti jantung, tumor, diabetes atau stroke, mereka membelinya sendiri secara terpisah. Secara umum responden di kota-kota ini lebih banyak yang hanya memproteksi diri dan keluarganya dari penyakit umum dan kecelakaan yang menyebabkan cacat.

Di Jakarta dan Bodetabek, separuh responden sudah memiliki asuransi atau tabungan untuk memproteksi risiko kesehatan dan kematian. Sedangkan di Surabaya, Palembang dan Balikpapan, tidak banyak responden yang memiliki tabungan atau melindungi dirinya dengan asuransi kesehatan, jika dibandingkan dengan kota lainnya. Responden yang memiliki jumlah simpanan khusus atau asuransi yang nilainya terbesar berasal dari Makassar, Medan, Semarang dan Palembang.

Kesadaran betapa perlunya memiliki asuransi atau dana simpanan mendapat perhatian yang serius bagi responden di Makassar, Medan, Palembang, Jakarta dan Semarang dengan mengalokasikan dana yang lebih besar untuk kebutuhan itu. Sebaliknya, responden di Balikpapan, Yogyakarta dan Bandung termasuk yang paling Yogyakarta dan Balikpapan ini sejalan dengan perkiraan jumlah kebutuhan mereka untuk memproteksi diri dan keluarganya yang juga paling kecil di antara kota lainnya.

Di sisi lain, di antara mereka yang tidak memiliki asuransi, kebutuhan proteksinya yang nilainya paling tinggi berada di Bodetabek yang mencapai Rp 212 juta. Tetapi secara umum mereka yang tidak memiliki asuransi sesungguhnya adalah orang-orang yang paling rendah kesadarannya tentang perlunya dana yang cukup untuk menghadapi musibah yang tak terduga.

Kesadaran responden tentang risiko dan kerugian finansial di masa depan juga berbeda-beda di antara kota-kota. Responden di Jakarta, Bodetabek, dan Palembang dapat menilai risikonya lebih tinggi ketimbang mereka yang tinggal di Yogyakarta, Malang, Bandung dan Cirebon.

Kesenjangan asuransi, tanpa memasukkan uang tabungan, yang terbesar berada di Balikpapan (88 persen), Jabodetabek (86 persen), Bandung (85 persen), dan Surabaya (83 persen). Sebaliknya kesenjangan asuransi yang paling rendah berada di Makassar (51 persen) dan Semarang (66 persen). Sementara itu, apabila uang tabungan responden ikut kita perhitungkan, maka kesenjangan proteksi yang paling tinggi berada di Balikpapan (89 persen) dan Jabodetabek (sekitar 84 persen).

Minat membeli asuransi juga berbeda di antara kota-kota. Beberapa responden yang tinggal di Bandung dan Makassar tertarik membeli asuransi untuk melindungi diri dan keluarganya dari risiko penyakit umum, juga untuk proteksi penyakit kritis dan kematian. Sebaliknya, mereka yang tidak berminat membeli asuransi kebanyakan karena alasan tidak punya uang berasal dari Semarang, Surabaya, Medan, Cirebon, Yogyakarta dan Balikpapan. Responden yang beralasan kurang informasi paling besar persentasenya berasal dari Malang, Makassar dan Bandung. (*)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com