Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CIMB Niaga Gelontor Sektor Perkebunan Rp 2,8 Triliun

Kompas.com - 24/10/2012, 16:14 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) akan terus meningkatkan penyaluran kredit di sektor perkebunan melalui pola kemitraan inti plasma. Pola tersebut akan bisa meminimalisir risiko terjadinya pinjaman bermasalah, karena perusahaan induk selaku inti, juga turut menyeleksi mitra binaannya yang layak mendapatkan pembiayaan.  

Direktur Commercial Banking & Syariah CIMB Niaga Handoyo Soebali menjelaskan pola kemitraan inti plasma merupakan model kemitraan yang dirancang untuk memacu perkembangan suatu usaha berskala besar dengan melibatkan masyarakat sekitar yang memenuhi kriteria sebagai plasma dengan perusahaan selaku inti. Nantinya, perusahaan akan melibatkan koperasi ataupun kelompok tani sebagai wadah yang memayungi masyarakat sekitar yang menjadi plasma .

"Penyaluran kredit melalui pola inti plasma ini menjadi wujud dukungan CIMB Niaga terhadap Peraturan Pemerintah yang menetapkan agar perusahaan perkebunan besar harus turut membangun perkebunan plasma yang melibatkan masyarakat sekitar," kata Handoyo di Jakarta, Rabu (24/10/2012).

Menurut Handoyo, pihaknya hingga 30 Juni 2012 telah bekerjasama dengan 91 perusahaan Inti dan 108 koperasi/ kelompok tani untuk skema jenis ini. Penyaluran kredit CIMB Niaga di sektor perkebunan tersebar di berbagai lokasi, dari mulai Jawa Tengah, Sumatera, hingga Kalimantan.

Adapun jenis tanaman yang banyak dibiayai adalah kelapa sawit dan tebu. Adapun nilainya telah mencapai Rp 2,88 triliun per 30 Juni 2012, naik 77,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kata Handojo, ada beragam keunggulan yang bisa diperoleh melalui pola kemitraan inti plasma ini. Antara lain dapat memperluas lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia, serta pemanfaatan aplikasi teknologi terkini untuk pengembangan lahan oleh masyarakat sekitar.

Menurut Handoyo, pola seperti ini cenderung lebih tepat sasaran, karena dana yang disalurkan untuk modal usaha dapat langsung diterima petani perkebunan selaku plasma melalui wadah koperasi ataupun kelompok tani.

"Untuk rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) juga relatif kecil. NPL di sektor ini sebesar 0,12 persen, dan persentasenya akan tetap menjaga NPL tersebut di level yang rendah," kata Handoyo.

Ke depan, Handoyo optimistis, kredit sektor perkebunan masih akan terus tumbuh, mengingat masih tingginya kebutuhan crude palm oil di pasar dunia, terutama permintaan dari China dan India.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com