Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dradjad Wibowo: Dahlan Bukan yang Pertama

Kompas.com - 02/11/2012, 14:32 WIB
FX. Laksana Agung S

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ekonom Sustainable Development Indonesia, Dradjad Hari Wibowo, di Jakarta, Jumat (2/11/2012), menyatakan, kasus kolusi anggaran antara DPR dan badan usaha milik negara tidak bisa dianggap sebagai praktik umum. Namun, itu terjadi sebagai praktik buruk antara oknum di DPR dan oknum di BUMN.

"Kalau itu dianggap praktik umum, salah. Dahlan bukan menteri pertama yang menghentikan itu," kata Dradjad.

Menteri BUMN periode 2004-2009 Sugiharto, menurut Dradjad, adalah menteri BUMN yang pertama kali terang-terangan menyatakan menolak praktik kolusi anggaran antara oknum BUMN dan oknum DPR. Penolakan terhadap praktik kolusi anggaran juga sudah tegas dilakukan sejumlah direktur utama bank BUMN sejak beberapa tahun silam.

Di antaranya adalah Agus DW Martowardojo (Bank Mandiri), Sigit Pramono (BNI), Sofyan Basir (BRI), dan Gatot Suwondo (BRI).

"Dari DPR sendiri, banyak  anggota yang menolak praktik tersebut. Kalau sekarang diramaikan, jadi lucu. Karena praktik tanpa upeti sudah jalan dari dulu," kata Dradjad.

Dradjad menengarai kolusi anggaran yang dilontarkan Dahlan Iskan dilakukan oleh oknum DPR dan BUMN. Hal yang pasti, itu terjadi karena adanya kerja sama dua belah pihak.

"Kalau betul ada, laporkan saja ke Badan Kehormatan DPR. Kalau tidak, hanya jadi wacana pencitraan di publik karena siapa yang berperang melawan DPR sekarang ini akan jadi populer. Kalau ramai-ramai begini akan dicurigai sebagai pencitraan saja. Untuk menghentikan upeti, gampang. Kalau BUMN tidak mau, selesai," tutur Dradjad.

Pembersihan BUMN, menurut Dradjad, semestinya justru difokuskan dalam praktik bermain Kapeks BUMN dan jatah proyek BUMN. Praktik ini kecil kemungkinan dilakukan anggota DPR. Pihak yang potensial sebagaimana informasi dari salah satu BUMN yang sedang membangun infrastruktur adalah justru dari kerabat menteri sendiri yang minta jatah tender.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengembangan Hub 'Carbon Capture and Storage', Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Pengembangan Hub "Carbon Capture and Storage", Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Whats New
SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

Whats New
Bakal 'Buyback' Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Bakal "Buyback" Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Whats New
Luhut Dorong Maskapai Penerbangan Asing Beroperasi di Indonesia

Luhut Dorong Maskapai Penerbangan Asing Beroperasi di Indonesia

Whats New
Kementerian ESDM: 331 Perusahaan Industri Menghemat Energi pada 2023

Kementerian ESDM: 331 Perusahaan Industri Menghemat Energi pada 2023

Whats New
Home Credit Catat Volume Pembiayaan Rp 2,59 Triliun Sepanjang Kuartal I 2024

Home Credit Catat Volume Pembiayaan Rp 2,59 Triliun Sepanjang Kuartal I 2024

Whats New
Membangun Bisnis Kuliner bersama Boga Hiji

Membangun Bisnis Kuliner bersama Boga Hiji

Whats New
Di Tengah Penurunan Penjualan Unit Baru, Tren Kredit Kendaraan Tetap Tumbuh

Di Tengah Penurunan Penjualan Unit Baru, Tren Kredit Kendaraan Tetap Tumbuh

Whats New
RUPST, Emiten Boy Thohir ADRO Angkat Direktur Baru

RUPST, Emiten Boy Thohir ADRO Angkat Direktur Baru

Whats New
Ketegangan Geopolitik Timur Tengah Dinilai Bikin Saham-saham Berfundamental Bagus Terdiskon

Ketegangan Geopolitik Timur Tengah Dinilai Bikin Saham-saham Berfundamental Bagus Terdiskon

Whats New
Sri Mulyani Sebut Sedang Siapkan Anggaran Pemerintah Prabowo-Gibran

Sri Mulyani Sebut Sedang Siapkan Anggaran Pemerintah Prabowo-Gibran

Whats New
Nilai Ekspor Indonesia Naik Jadi 19,62 Miliar pada April 2024

Nilai Ekspor Indonesia Naik Jadi 19,62 Miliar pada April 2024

Whats New
Adaro Energy Bakal Tebar Dividen Final Rp 6,4 Triliun Tahun Ini

Adaro Energy Bakal Tebar Dividen Final Rp 6,4 Triliun Tahun Ini

Whats New
Masuknya Starlink Dikhawatirkan Ancam Bisnis Operator Lokal, Luhut: Semua Harus Berkompetisi

Masuknya Starlink Dikhawatirkan Ancam Bisnis Operator Lokal, Luhut: Semua Harus Berkompetisi

Whats New
OJK Bakal Bikin Ketentuan Tarif Premi Asuransi Kendaraan Listrik

OJK Bakal Bikin Ketentuan Tarif Premi Asuransi Kendaraan Listrik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com