KOMPAS.com- Eksekutif properti AH Marhendra tersenyum saat memandang gambar apartemen yang tengah dibangun. Apartemen di kawasan Kemayoran itu laris. Belum dibangun saja sudah lebih dari separuh unit apartemen dibeli konsumen. Ketika apartemen mulai dibangun, hampir semua unit dibeli para pemburu apartemen di Ibu Kota.
Chief Operating Officer SpringHill ini menuturkan, terasa benar era emas bisnis properti beberapa tahun terakhir ini. Setahun, SpringHill bisa membukukan pendapatan triliunan rupiah, angka fantastis untuk perusahaan belum meraksasa.
Perusahaan lain, misalnya Agung Podomoro Grup (APG), Intiland, Pakuwon, dan Summarecon, juga merasakan manisnya properti. Veri Y Setiadi dari APG menyatakan, ia tengah membangun small office home office (SOHO) dan gedung perkantoran. Gedung belum dibangun, gambar baru dibuat, tetapi sudah terjual 75 persen. Para pembeli berebutan untuk mendapatkan apa yang mereka sebut sebagai ”unit dengan pemandangan terbaik”.
Di Summarecon Serpong, para calon pembeli sudah antre sejak subuh. Warga berbaris panjang tidak untuk langsung membeli, tetapi ”hanya untuk memperoleh kupon” agar dapat kursi di kantor pemasaran saat penjualan dibuka.
Hal serupa juga di Bintaro Jaya. Warga berimpit mendapat kesempatan membeli rumah. Sistem antrean dan kupon terpaksa dilakukan karena warga yang hendak membeli rumah atau apartemen jauh lebih besar dari yang ditawarkan. Anda bisa kaya raya, tetapi kalau tidak dapat kupon, silakan pulang.
Hal yang menarik, tidak semua pengembang meraih masa-masa indah itu. Banyak juga yang nelangsa. Mereka juga ingin berpesta sebagaimana dialami sejumlah pengembang tadi. Namun faktanya, mereka ”kalah”, tidak ikut berpesta.
Catatan Kompas, hanya perusahaan yang punya tradisi tinggi soal kredibilitas, reputasi, kreativitas, dan kualitas yang menikmati masa panen properti ini. Pengembang yang buntu dalam kreativitas dan inovasi serta yang bermain-main dengan kualitas dan pelayanan biasanya hanya jadi penonton.
Apa saja yang membuat publik menyukai produk properti? Di antaranya harga rumah/apartemen cepat melonjak. Dalam lima tahun, harga properti bisa melompat tiga kali lipat. Kalau Anda membeli emas atau mendepositokan uang di bank, lompatan uang Anda tidak akan setinggi properti.
Hal lain adalah pengembang itu bisa dipercaya. Tidak akan ada persoalan dengan uang yang sudah disetor. Lalu tanah atau bangunan yang dibeli tak pernah bersengketa. Aspek lain, lokasi perumahan/apartemen strategis, kualitas bangunannya bagus, dan tak ada masalah dengan air bersih, listrik, dan akses jalan.
Beberapa hal tersebut terkesan mudah dikerjakan, padahal sebetulnya sungguh amat sulit. Kita maklum bahwa reputasi atau kinerja prima tidak dibangun semalam, tetapi tahunan.
Untuk menjaga reputasi, seorang pengusaha acap berani rugi. Demi nama baik, sebuah perusahaan tidak akan main-main dengan pajak dan penyelundupan atau membayar gaji karyawan sesuka hati. (Abun Sanda)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.