Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amankan Pasokan Energi, Ekspor Batubara Harus Dibatasi

Kompas.com - 26/11/2012, 13:57 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Cadangan batubara di Tanah Air masih melimpah. Namun, untuk mengamankan pasokan energi ke depan, pemerintah dinilai perlu membatasi ekspor batubara.

Pengamat energi, Fabby Tumiwa, mengatakan, pemerintah harus meniru China yang sudah menerapkan kebijakan stop ekspor batubara. "China sudah menghentikan ekspor batubara sejak 2006 lalu. Mereka saat ini mengoptimalkan impor termasuk dari Indonesia. Ini dilakukan agar cadangan energi batubara mereka besar," kata Fabby dalam diskusi publik "Rasionalisasi Tarif Listrik Menuju Subsidi Tepat Sasaran" di Hotel Le Meridien, Jakarta, Senin (26/11/2012).

Menurut Fabby, cadangan batubara di Tanah Air sebenarnya tidak besar. Sebab, banyak perusahaan batubara sudah mengeksploitasi sumber daya alam tersebut, baik dipakai di dalam negeri maupun sekaligus diekspor.

Namun, pemerintah harus bersikap khususnya bila ingin mengamankan cadangan energi di masa depan. "Jangan umbar cadangan energi kita. Pemerintah harus membatasi produksi batubara. Petambang juga tidak boleh semaunya," katanya.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menggunakan strategi option, yaitu perusahaan batubara yang berani membayar royalti paling besar, di situlah perusahaan tambang batubara itu boleh menambang.

"Sehingga negara akan dapat manfaat, masyarakat juga akan memperoleh manfaat. Jadi, bukan hanya segelintir pengusaha yang dapat," katanya.

Di sisi lain, masyarakat justru mendapat dampak ekologi dan dampak sosial. Sementara dampak ekonomi juga tidak terangkat karena seluruh kekayaan ekonominya diambil oleh pengusaha tersebut.

"Ke depan, kebutuhan batubara di Tanah Air tinggi. Kalau ingin mencukupi kebutuhan di luar negeri, tentu tidak akan pernah cukup. Mungkin ini kebijakan tidak populis, tapi kalau saya jadi menteri, saya akan batasi ekspor batubara tersebut," katanya.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com