Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini, Tabir Concorde Segera Diungkap

Kompas.com - 29/11/2012, 14:03 WIB
Haryo Damardono

Penulis

VERSAILLES, KOMPAS.com - Pengadilan Perancis pada hari Kamis (29/11/2012) ini akan mengungkapkan siapa yang bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Concorde milik Air France pada Juli 2000. Ketika itu, 113 penumpang dan awak pesawat meninggal dan pesawat supersonik itu dihentikan operasionalnya.

Fakta terbaru yang disidangkan adalah, ada dugaan bahwa maskapai Continentalyang kini merjer dengan United Airlines, turut berperan dalam tragedy Concorde tersebut.

Kantor berita AFP, Kamis (29/11/2012) siang melaporkan, para ahli menduga serpihan logam dari DC-10 Continental Airlines mengoyakkan roda nomor dua Concorde saat lepas landas. Kemudian, merusak tangki bahan bakar dan memicu ledakan.

Teknisi Continental John Taylor pun diduga memasang titanium yang tidak cocok untuk defective metral strip yang kemudian jatuh dari DC 10. Meski diharapkan Taylor dibebaskan oleh persidangan hari Kamis ini.

Sebaliknya, penasehat hukum Continental bersikeras kesalahan benar-benar merupakan tanggungjawab Air France. Bahkan bila prosedur keselamatan benar-benar dijalankan, sebenarnya pesawat itu takkan pernah terbang.

Masa depan

Februari 2011, di salah satu sudut pabrik Airbus, di Toulouse, Perancis, Kompas juga pernah menyambangi Concorde . Kala itu, Kompas mendatangi Toulouse untuk turut dalam penerbangan perdana Airbus A320 Indonesia AirAsia menuju Indonesia.

Ketika didekati, ternyata Concorde berkelir putih itu sangat jangkung. Ada kesan aristrokrat, dengan posisi pesawat yang menengadah, dan ruang cockpit yang sangat tinggi dari permukaan bumi.

Dari sisi eksterior, ada kesan sexy dengan sayap deltanya, dan kaki jenjangnya. Ada nuansa berbeda pastinya, ketika dulu Concorde diparkir di apron bersebelahan dengan pesawat komersial lainnya.

Concorde, di suatu masa, pernah menjadi saksi kehidupan penuh gaya kaum jetset yang hilir-mudik menyeberangi Samudera Atlantik hanya dalam tiga jam. Ketika pesawat komersial lain macam Boeing 747 harus menyeberangi Atlantik dalam enam jam.

Kompas berkesempatan melihat kabin Concorde itu. Saya bukakan gembok pesawat ini, karena anda sekalian beli Airbus kami, ujar guide dari Airbus, sambil tersenyum.

Ketika melongok dan berjalan di bagian dalam kabin, ternyata kabinnya sempit. Konfigurasi kursinya pun 2-2, mirip bus eksekutif malam, dengan warna interior abu-abu kusam.

Sempitnya kabin Concorde, mengikuti desain aerodinamik supaya pesawat itu dapat terbang melebihi kecepatan suara. Bila umumnya pesawat komersial terbang dengan kecepatan 800 kilometer per jam; maka mesin Rolls-Royce SNECMA mampu melesatkan Concorde dengan kecepatan 2.189 km/ jam.

Ketinggian jelajahnya pun, tak lagi hanya 36.000 kaki, tetapi Concorde mengudara di ketinggian 60.000 kaki. Dan dari jendela Concorde yang berdimensi lebih kecilsupaya mampu menahan tekanan kuat di langit yang lebih tinggi, maka penumpang-penumpang jetset mampu menikmati lengkung bumi.

Belum lagi, saat lengkung bumi mulai terlihat di ketinggian 60.000 kaki; dan mereka berebut melihat keluar jendela. Pasti sangat luar biasa atmosfer di dalam pesawat itu. Sepertinya pula, kebosanan takkan sempat menyergap. Tak ada istilah itu, mati gaya karena sesaat kemudian pesawat mulai menurun untuk bersiap landing di Heathrow (London), atau John F Kennedy (New York).

Tiba-tiba, sebuah pertanyaan menyeruak, akankah Concorde ini terbang lagi?

Ini pertanyaan lumrah, sebab selama ini, dari Jakarta menuju kota-kota di Eropa harus ditempuh dengan penerbangan 15-20 jam! Bukankah dengan Concorde, waktu tempuhnya maksimal menjadi sekitar 10 jam? Perjalanan ke Eropa, bukankah tak terlalu menyiksa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com