Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rasio Kredit Rendah, Aturan BI Salah Sasaran?

Kompas.com - 30/11/2012, 10:20 WIB
Didik Purwanto

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) mengakui, rasio kredit terhadap produk domestik bruto (PDB) di Indonesia masih terendah se-Asia. Namun aturan yang baru dirilisnya justru bukan untuk menaikkan rasio kredit itu. Salah sasaran?

Kepala Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan menjelaskan sembilan paket aturan yang baru dirilis bank sentral sebenarnya hanya untuk menekankan prinsip kehati-hatian di perbankan.

"Saya tidak yakin, bahwa itu sasarannya (untuk meningkatkan rasio kredit perbankan)," kata Anton saat acara Indonesian Economic Outlook 2013 di Hotel Ambarrukmo Yogyakarta, Kamis malam (29/11/2012).

Menurut Anton, sembilan paket kebijakan bank sentral ini mencakup tiga koridor besar, yaitu upaya memelihara stabilitas sistem keuangan, penguatan ketahanan dan daya saing perbankan, serta penguatan fungsi intermediasi perbankan.

Dari sembilan paket kebijakan itu, memang ada satu kebijakan yang ingin meningkatkan fungsi intermediasi perbankan. Yaitu kebijakan kewajiban mengalokasikan 20 persen dari total kredit ke sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

"Memang bisa ditunjukkan dari itu, tapi itu tidak otomatis langsung menaikkan rasio kredit perbankan," katanya.

Sekadar catatan, Gubernur BI Darmin Nasution menjelaskan bahwa rasio kredit terhadap PDB di Indonesia masih terendah se-Asia, yaitu di level 31,7 persen. Rasio tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Malaysia (115,9 persen), Vietnam (111,6 persen), dan Thailand (131,9 persen). Rendahnya rasio kredit membuat peran perbankan bagi pertumbuhan ekonomi tidak maksimal.

"Untuk urusan kredit bank, kita ini levelnya sama dengan Filipina. Rasio kita masih sangat rendah karena tidak mencapai level 50 persen," katanya.

Menurut dia, salah satu penyebab rendahnya rasio kredit karena suku bunga kredit perbankan. "Bunganya masih tinggi meski sudah ada bank yang mau kasih kredit dengan bunga single digit. Bank terapkan bunga tinggi karena tingginya biaya dana (cost of funds)," katanya.  

Untuk menekan biaya dana, BI meminta perbankan untuk meningkatkan efisiensi. BI menilai tingkat efisiensi perbankan di Indonesia secara umum belum maksimal. Hal ini dibuktikan dengan rasio biaya operasi dibandingkan pendapatan operasi (BOPO) yang masih tinggi.

BI mencatat rasio BOPO perbankan nasional sejak Desember 2005 secara rata-rata masih di kisaran 87,7 persen. Namun, pada September 2012 lalu, rasio BOPO perbankan nasional sudah menurun rata-rata di level 74,26 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com