Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Kurang Pandai Olah Potensi Jadi Ikon

Kompas.com - 24/12/2012, 11:01 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Daya saing kerap menjadi perbincangan sejumlah kalangan, terutama terkait daya saing Indonesia dengan negara lain. Diharapkan, ke depan Indonesia memiliki daya saing yang bagus di mata dunia.

Pengamat Ekonomi Industri dan Perbankan dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Profesor Dr Rina Indiastuti, mengatakan, daya saing Indonesia pada tahun depan tidak akan berbeda dengan apa yang terjadi pada tahun ini. Sebab Indonesia termasuk negara yang tidak pandai mengolah bidang usaha potensial menjadi sebuah ikon.

"Contohnya di Jabar dulu (bunga) anggreknya bagus-bagus. Tapi sayang potensi tersebut tidak digarap sehingga pada 1995 saya kaget mendapat info kalau Thailand adalah eksportir anggrek terbesar di dunia. Padahal anggrek di Thailand tidak sebanyak jenisnya seperti di Jabar," kata Rina saat ditemui di Gedung Rektorat Unpad Jatinangor.

Dengan adanya sebutan bahwa Thailand merupakan eskportir terbesar anggrek di dunia, ujar Rina, menunjukkan bahwa Indonesia sudah kalah daya saing. Belum lagi dalam hal lain, kata dia, Indonesia masih berada di bawah negara lain termasuk negara tetangga sekalipun.

Karena itu, Rina menyarankan agar Indonesia memiliki daya saing, maka harus memperhatikan bidang usaha yang prospektif. Termasuk dalam hal ini adalah pembiayaan untuk bidang usaha prospektif tersebut, agar bidang usaha itu berkembang dan pada akhirnya menjadi besar.

Rina menyebutkan, Indonesia sebenarnya potensial dalam beberapa hal. Namun sayang, potensi tersebut tidak dikelola dengan baik sehingga tidak banyak yang tahu. "Soal pariwisata misalnya, apa yang kurang dari kita. Coba rebut wisatawan dari negara lain agar mau berkunjung ke Indonesia, tentu ini harus dilakukan secara benar," kata doktor lulusan University of Osaka Prefecture, Japan ini.

Untuk memperkuat potensi, Rina menganjurkan dilakukan pendekatan kolektif. Usaha untuk meningkatkan daya saing, tidak bisa dilakukan dengan sendiri-sendiri, namun harus difokuskan pada bidang usaha apa dan daerah mana. "Misal ikan gurame ada di mana, tentukan satu daerah saja yang memang akan jadi daerah khas penghasil gurame. Jangan di banyak daerah, nanti jadi tidak fokus," ujar Pembantu Rektor II Unpad ini. (Tribun Jabar)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com