Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkendala Aturan, Tol Khusus Truk Stagnan

Kompas.com - 26/12/2012, 14:53 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana pembangunan jalan khusus truk dengan rute Cikampek-Tanjung Priok hingga saat ini masih stagnan. Selain terhambat pembebasan lahan, pembangunannya masih terhambat soal aturan.

Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menjelaskan aturan ini terkait perizinan di segala sisi baik dari lahan, perencanaan tata ruang wilayah hingga urusan izin Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT).

"Soal tol Cikampek-Tanjung Priok ini masih ada masalah, tapi masih dibahas di BUMN yang punya ide itu. Kita harus bahas biar tidak menabrak aturan," kata Djoko saat ditemui selepas Rapat Koordinasi di Kementerian Perekonomian Jakarta, Rabu (26/12/2012).

Menurut Djoko, sebenarnya pemerintah sudah memiliki akses tol dari Cibitung ke Tanjung Priok. Namun dengan adanya ide dari PT Jasa Marga Tbk (JSMR), maka ada ide untuk membuat akses tol baru khusus truk yang menyambungkan antara Cikampek ke Tanjung Priok secara langsung.

"Izin inilah yang belum bisa dilaksanakan. Daripada nanti mempersulit kami sendiri, lebih baik dijelaskan lebih rinci dulu (maksudnya)," tambahnya.

Apalagi dalam soal kendala lahan, pemerintah juga masih belum sepakat dengan masyarakat setempat, khususnya lahan yang akan dipakai untuk jalan tol tersebut.

Sekadar catatan, Direktur Utama PT Jasa Marga Tbk (JSMR) Adityawarman menjelaskan proyek ini direncanakan akan terbentang sepanjang lebih dari 30 kilometer. "Namun, saat ini sedang dilakukan studinya. Jalan itu masih terkendala soal tanahnya, pembebasan lahannya," kata Adityawarman.

Menurut Adityawarman, lahan sepanjang 30 km itu sebenarnya merupakan kelanjutan dari proyek pembangunan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) 2 dengan rute Kunciran (Tangerang)-Bandara Soekarno Hatta-Serpong (Tangerang Selatan) yang sudah ada.

Namun, karena masih ada kendala pembebasan lahan, perseroan juga mencari beberapa lahan alternatif. Sayang, Adityawarman enggan menjelaskan lahan alternatif tersebut. "Hal itu dilakukan agar kedua jalur bisa efektif," katanya.

Alasan pembebasan lahan yang sulit itu disebabkan kawasan tersebut sudah padat penduduk. "Karena sudah padat perumahan, kami akan cari alternatif, lewat mana rutenya yang pas," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com