Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu Terobosan untuk Olah Rumput Laut

Kompas.com - 15/01/2013, 21:58 WIB
Brigita Maria Lukita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai penghasil rumput laut terbesar di dunia, Indonesia seharusnya tidak hanya berperan sebagai pemasok bahan baku untuk dunia saja, tetapi menjadi pemain penting dalam hasil produk olahannya.

Demikian ditegaskan Ketua Umum Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI), Safari Azis, di Jakarta, Selasa (15/1/2013).

"Diperlukan riset, inovasi dan pengembangan yang lebih luas. Dengan demikian dapat ditemukan variasi produk yang dibutuhkan masyarakat mulai dari makanan, kosmetika, hingga obat-obatan dan sebagainya," ujar Safari.

Tanggal 21 - 26 April 2013 di Bali, untuk pertama kalinya Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan 21st International Seaweed Symposium and Exhibition.

Ajang itu merupakan pertemuan ilmiah dan bisnis yang dilaksanakan setiap tiga tahun sekali. Selain kalangan ilmuwan, ajang itu juga akan dihadiri oleh pakar teknologi, pebisnis dan para pemerhati laut lebih dari 60 negara.

"Dalam ajang tersebut, diharapkan Indonesia bisa menyerap inovasi dan teknologi mutakhir bagi pengembangan olahan rumput laut, demikian halnya ilmuwan dari Indonesia bisa ikut terlibat menampilkan hasil-hasil temuannya," ungkap Safari.

Indonesia termasuk di dalam kawasan segitiga terumbu karang dunia,  yang merupakan tempat yang cocok untuk dibudidayakannya rumput laut di wilayah pesisir. Prospek olahan dalam negeri masih besar, karena banyak industri yang membutuhkan hasil olahan rumput laut jenis karaginan sebagai bahan pengenyal, pengemulsi, pengental dan penjernih untuk bahan pencampur alami. Sementara aginat dari rumput laut jenis sargasu bisa digunakan untuk pupuk.

Safari menambahkan, di luar negeri sedikitnya 500 jenis hasil olahan rumput laut dimanfaatkan untuk berbagai sendi kehidupan. Banyaknya hasil olahan produk rumput laut itu seharusnya bisa dikembangkan untuk diserap oleh pasar dalam negeri.  

Untuk menumbuhkan hilirisasi rumput laut, ekonomi biaya tinggi masih menjadi ganjalan besar sehingga banyak hal yang perlu dipangkas.    

"Prosedur birokrasi yang tidak berbelit-belit dan kemudahan perizinan sangat penting untuk menarik para investor. Kita mengimbau agar Pemda dan Pemerintah Pusat serta keenam Kementerian yang terlibat bisa lebih berkoordinasi dengan asosiasi," kata Safari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com