Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turki Adukan Indonesia ke WTO, Ini Tanggapan Gita

Kompas.com - 21/01/2013, 18:20 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan angkat bicara soal rencana Turki yang akan mengadukan Indonesia ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) soal terigu. Pihaknya akan mengklarifikasi masalah tersebut. Pengaduan ke WTO ini dilakukan oleh Ketua Asosiasi Eksportir Produk Gandum, Kacang-kacangan, dan Minyak Sayur Turki, Turgay Unlu.

Hal itu menyusul kebijakan Indonesia, investigasi safeguard atau pembatasan perdagangan impor terigu dari semua negara, termasuk Turki. Indonesia juga menaikkan pajak bea masuk terigu. Hal ini dikhawatirkan menghambat perdagangan negara lain, khususnya negara pengekspor.

Menurut Gita, pihaknya akan mencoba berkomunikasi dengan pihak Turki tersebut agar perdagangan kedua negara tetap berlangsung maksimal dan saling menguntungkan.

"Kita akan duduk dengan mereka," kata Gita saat ditemui di kantornya di Jakarta, Senin (21/1/2013).

Sekadar informasi, Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) telah memprakarsai investigasi safeguard pada 24 Agustus 2012 atas impor tepung terigu berdasarkan permintaan Asosiasi Produsen Terigu Indonesia (Aptindo). Sementara Kementerian Keuangan telah menyetujui tindakan safeguard sebesar 20 persen pada Desember 2012.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan telah memberikan pajak masuk sebesar 5 persen terhadap impor terigu ini. Ini dianggap membebani pihak pengekspor, khususnya Turki. Unlu menilai, kebijakan tersebut memberatkan.

Menurutnya, negara anggota WTO hanya dapat memberlakukan tindakan safeguard bila memenuhi keempat syarat, yaitu peningkatan impor yang tajam dan terdapat bukti bahwa telah merugikan industri domestik secara keseluruhan. Di sisi lain, tindakan safeguard ini hanya bisa dilakukan bila terdapat hubungan sebab-akibat antara peningkatan impor dan kerugian serius atau ancaman kerugian serius serta timbulnya perkembangan yang tak terduga.

Selama ini, Turki menganggap penting pasar Indonesia sebagai negara pengimpor terigu. Sebab, setiap tahun, ada 140 juta ton terigu yang diekspor ke Tanah Air. Pada tahun ini, diprediksi akan ada kenaikan jumlah ekspor mencapai 200-250 juta ton terigu.

Namun, di sisi lain, Indonesia juga mengekspor terigu ke Turki sebesar 400 juta ton per tahun. "Kami menganggap penting ekspor kami ke Indonesia sebab nilai ekspor terigunya mencapai 10 persen dari total ekspor kami. Jika tindakan safeguard ini diberlakukan, kami akan menyetop ekspor terigu ke Indonesia," tambahnya.

Di sisi lain, kenaikan pajak masuk ekspor terigu ke Tanah Air ini akan mengakibatkan ekspor mereka terganggu dan neraca perdagangan Turki mengalami defisit. Sebelum kebijakan ini diberlakukan, Turki sudah mengalami defisit 1,6 miliar dollar AS. Namun, pihaknya belum menghitung defisit neraca perdagangannya kembali bila kebijakan ini jadi diberlakukan. Pihak Turki akan menunggu investigasi dari WTO terkait hal ini dalam 200 hari ke depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kinerjanya Banyak Dikeluhkan di Medsos, Berapa Gaji PNS Bea Cukai?

Kinerjanya Banyak Dikeluhkan di Medsos, Berapa Gaji PNS Bea Cukai?

Work Smart
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com