Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemahalan, BRI Tunda Akuisisi Perusahaan Sekuritas

Kompas.com - 22/01/2013, 15:11 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk mengakuisisi dua perusahaan sekuritas di tahun ini masih kandas. Bank pelat merah itu menganggap harga yang dibandrol sekuritas itu terlalu mahal.

"Yang satu masih bermasalah dan yang satunya lagi kemahalan," kata Direktur Utama BRI Sofyan Basir kepada Kompas.com saat ditemui di Lapangan Monas Jakarta, Selasa (22/1/2013).

Menurut Sofyan, satu perusahaan sekuritas ini mengalami masalah keuangan di internal perusahaan. Pihak BRI juga tengah melakukan studi kelayakan (due diligence) terhadap sekuritas ini agar prosesnya lekas rampung dan bisa segera diakuisisi.

"Kalau perusahaan sekuritas itu bisa direstrukturisasi, bisa selesai akuisisinya. Kami ingin menguasai mayoritas, di atas 50 persen," tambahnya.

Sofyan juga masih merahasiakan identitas perusahaan sekuritas yang diincar.  "Pokoknya saya tidak mau sebut perusahaan sekuritasnya. Yang swasta ini, asetnya kecil namun dia mintanya mahal," katanya.

Mengenai sumber pendanaan akuisisi, BRI akan memaksimalkan kas internal. BRI juga tidak akan menggunakan dana obligasi rekap yang selama ini mengendap di perbankan. "Soal dana tidak masalah, kami sediakan tunai," katanya.

BRI telah menyiapkan dana hingga Rp 300 miliar untuk melancarkan aksi korporasi itu. Sofyan mengemukakan, langkah akuisisi ini dilakukan demi memperkuat bisnis BRI di sektor jasa keuangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com