Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ampas Tebu pun Jadi Bahan Bakar

Kompas.com - 29/01/2013, 15:23 WIB
Agnes Swetta Br. Pandia

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Dalam tiga tahun terakhir PT Perkebunan Nasional (PTPN) X mampu memangkas biaya bahan bakar minyak saat musim giling tiba. Pengurangan biaya produksi secara signifikan bisa dilakukan karena memanfaatkan ampas tebu sebagai energi penegrak mesin giling.

Pengalihan bahan bakar penggerak mesin produksi tidak sulit, karena sejak masa penjajahan Hindia Belanda, hampir seluruh pabrik gula di Indonesia disiapkan menggunakan energi dari ampas tebu. Sejak 1870, di Jawa Timur telah berdiri sejumlah pabrik gula dan hingga kini masih beroperasi.

Jatim bahkan menjadi lokomotif dalam kancah industri gula di Indonesia dengan kontribusi produksi gula nasional rata-rata antara 45 - 55 persen per tahun. Untuk mewujudkan efisiensi bahan bakar serta konservasi sumberdaya, PTPN X kata Direktur Utama PTPN X Subiyono, terus menekan BBM dalam proses produksinya dengan mengoptimalkan ampas tebu sebagai bahan bakar pengolahan.

Perseroan telah berhasil menekan biaya BBM dari sekitar Rp 130 miliar pada 2007 menjadi hanya Rp 4 miliar pada 2012, tahun 2013 ditargetkan Rp 1,5 miliar, dan pada 2014 bebas dari biaya BBM. Apalagi PTPN X merupakan perusahaan gula pertama di Indonesia yang memulai program diversifikasi dengan serius. PG Ngadiredjo (Kediri), sudah memulai program co-generation tahun 2012 dengan produksi listrik 2 Mega Watt (MW).

Program co-generation mengolah ampas tebu menjadi listrik ini juga akan diterapkan di sejumlah PG milik PTPN X antara lain di PG Pesantren Baru (Kediri), PG Gempolkrep (Mojokerto).

Kedua PG ini akan merampungkan pembangunan pabrik bioetanol pada 2013 ini dan bisa menghasilkan fuel grade ethanol 99 persen yang sangat ramah lingkungan. Pabrik bioetanol di atas lahan seluas 6,5 hektar di kompleks PG Gempolkrep Mojokerto itu berkapasitas produksi 100 kiloliter per hari. Pabrik itu menelan investasi Rp 467,79 miliar, yang Rp 313,79 miliar di antaranya berasal dari dana PTPN X sedangkan selebihnya hibah dari Jepang.

Subiyono mengatakan, bahan baku yang dibutuhkan untuk pabrik bioetanol itu adalah tetes tebu (molases) sebanyak 120.000 ton per tahun. Tetes tebu akan dipenuhi dari seluruh PG milik PTPN X.

Selama ini, tetes tebu itu dijual ke industri lain seperti pabrik makanan, sehingga nilai tambah minim. PTPN X juga bekerja sama dengan pihak ketiga untuk membangun pembangkit listrik tenaga biofuel dari limbah bioetanol yang memasok listrik ke pasar dan kepentingan PTPN X sendiri.

Ke depan, setiap pengembangan usaha didesain secara terintegrasi untuk memaksimalkan produk turunan nongula, seperti pembangunan pabrik gula terintegrasi dengan pabrik bioetanol di Pulau Madura.

PG ini nantinya akan menjalankan program co-generation. Langkah ini dinilai penting setelah mengalami kasus PG Gempolkrep di Mojokerto yang sempat diprotes bahkan berhenti produksi karena mencemari sungai akibat limbah.

Menurut Direktur Produksi PTPN X, T Sutaryanto tahun 2013, PTPN X ingin menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman di semua komleks PG. Dana untuk pembenahan lingkungan di seluruh PG pada 2013 mencapai Rp 40,8 miliar atau hampir dua kali lipat dibanding anggaran pengelolaan lingkungan tahun 2012 sebesar Rp 13,5 miliar.

Pengelolaan limbah masih menjadi persoalan di industri gula, karena limbah tak bisa diolah dengan baik, sehingga produksi terhambat dan kinerja PG merosot. Padahal kata dia, semakin baik pengelolaan lingkungan, akan makin mengefisienkan biaya perusahaan. Sehingga mampu meningkatkan laba perusahaan. Sehingga pabrik gula bisa beroperasi lancar.

Dari dana pengelolaan Rp 40,8 miliar itu, Rp 23 miliar di antaranya untuk in-house keeping agar PG selalu terjaga tingkat kebersihannya.

Adapun roadmap in-house keeping PTPN X terdiri atas tiga pilar, yaitu in-house keeping secara umum, revitalisasi sistem instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan manajemen penguatan sumber daya manusia(SDM).

In-house keeping yang baik akan meningkatkan efisiensi serta kenyamanan di lingkungan pabrik gula bia menyamai situasi di sebuah pusat perbelanjaan modern.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com