Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megawati: Apa Kebijakan Migas Hanya Bagi-bagi Blok untuk Asing?

Kompas.com - 27/02/2013, 16:03 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA,KOMPAS.com — Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri mengkritisi kondisi terakhir peta pertambangan dan energi di Indonesia. Merujuk peta yang dirilis BPH Migas (sebelum dibubarkan Mahkamah Konstitusi), hampir seluruh potensi dan sumber kekayaan alam terkait tambang, minyak, dan gas Indonesia sudah dikuasai perusahaan asing.

"Apakah memang kebijakannya hanya membagi-bagi dalam blok?" kecam Megawati saat menjadi pembicara kunci seminar menuju RUU Migas Merah Putih, di Gedung DPR, Rabu (27/2/2013). Dia pun mempertanyakan bagaimana bisa Pertamina masih saja merugi saat ini.

Menurut Megawati, potensi kekayaan sumber daya alam di bidang minyak dan gas tersebar di seluruh Indonesia. Bila Pertamina masih saja merugi sampai sekarang, kata dia, harus ditelisik masalah manajemen dan persoalan sumber daya manusia (SDM). "Kalau terus merugi, itu manajemennya yang buruk. Orangnya yang tidak benar. Ini masalah SDM!" tegas dia.

Megawati pun mengingatkan bahkan saat Texas, Amerika Serikat, masih bergejolak karena baru ada temuan minyak, Indonesia sudah punya catatan kemampuan mengebor minyak. "Cek saja. Kita sudah ada pengeboran minyak di Wonokromo pada 1886," sebut dia.

Persoalan SDM

Sementara soal SDM, Megawati pun mengungkit kerugian besar Indonesia saat rezim pemerintah melarang pulang para pelajar yang disekolahkan ke luar negeri oleh Presiden Soekarno. Padahal, kata dia, para pelajar tersebut adalah orang-orang pintar, yang di belakang hari bahkan dipakai oleh beberapa negara menjadi tenaga ahli.

"Seorang duta besar (negara sahabat) pernah bertanya kepada saya, Indonesia itu bagaimana kok malah melarang orang-orang pintar itu pulang," tutur Megawati. Presiden Soekarno pada saat memerintah memang mengirimkan banyak pelajar berbakat ke luar negeri, terutama ke Rusia dan kawasan Eropa Timur. Namun, seiring peristiwa G30-S, para pelajar itu dilarang pulang dan sebagian pelajar itu baru bisa pulang ke Indonesia pada era pemerintahan Megawati.

Megawati menyebutkan, sebagian dari 570 orang yang dikirim Soekarno belajar ke luar negeri sudah dipakai kepandaiannya oleh banyak negara lain. Beberapa di antaranya, sebut dia, menjadi ahli minyak di kawasan Timur Tengah dan Kuba.

RUU Migas, kontrak, dan implementasi

Dengan semua potret buram kebijakan sektor migas di Indonesia, Megawati mendorong revisi RUU Migas harus benar-benar komprehensif dan mencakup persoalan dari hulu sampai migas. Dia pun berpesan kepada putrinya, Puan Maharani, yang menjadi Ketua Fraksi PDI-P di DPR, untuk mengawal RUU ini jangan sampai memalukan.

"Pu (panggilan Megawati pada Puan), UU Migas Merah Putih jangan malu-maluin. Sebagus apa pun di kertas kalau implementasinya tak bisa mewujudkan Pasal 33 UUD 1945, omong kosong," tegas Megawati. Dia pun meminta apa yang disuarakan harus bisa diimplementasikan. Bila tidak bisa demikian, dia menyarankan lebih baik diam.

Megawati juga menyinggung masalah kontrak karya yang kerap menyandera Indonesia dalam persoalan pengelolaan ini. Menurut dia, persoalan ada pada kontrak yang selama ini merupakan buatan asing.

"Kontraknya bagaimana. Selama ini, kontrak selalu lemah dan gampang dibawa sebagai masalah hukum," kecam Megawati. Bila sudah telanjur terikat kontrak, ujar dia, revisi pun akan susah dilakukan. Karenanya, sejak awal, RUU Migas harus mengantisipasi masalah kontrak ini.

"Saya tidak anti-asing, tapi saya cinta negeri ini. RUU ini nanti harus benar-benar atur soal kontrak," tegas Megawati. Dia pun menantang putra-putri terbaik bangsa yang disebutnya pasti banyak juga kompeten di bidang ini untuk berani kembali menancapkan bendera Indonesia di titik-titik potensi dan sumber kekayaan minyak dan gas.

Mengutip Bung Karno soal kontrak karya, Megawati mengatakan dari dulu pihak asing akan selalu meminta alokasi lebih besar setiap kali kontrak karya dibuat. Namun, jawaban Bung Karno mementahkan semua permintaan yang diajukan dengan dalih peralatan dan tenaga ahli. "Mau alat dan tenaga ahli secanggih apa pun, kalau saya tak izinkan gali kau (asing, red) tak akan dapat apa-apa," ujar Megawati menirukan ketegasan sikap bapaknya.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com