Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri Imbau Nasabah GTIS Melapor

Kompas.com - 05/03/2013, 18:11 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar mengimbau para nasabah Golden Traders Indonesia Syariah (GTIS) untuk melapor jika merasa dirugikan bisnis investasi emas yang diduga bodong itu. Laporan akan ditindaklanjuti oleh Polisi dan memudahkan penyelidikan.

"Yang merasa dirugikan, kami sarankan untuk dapat melaporkan ke kantor polisi terdekat, Mabes akan kontrol terhadap laporan yang masuk. Tidak menutup kemungkinan laporan itu disampakan ke Mabes Polri sendiri," ujar Boy di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (5/3/2013). Laporan juga bisa dibuat secara kolektif agar efektif.

Boy mengatakan saat ini polisi telah bekerja sama dengan otoritas jasa keuangan (OJK) untuk mengawasi jasa investasi yang dilakukan suatu badan hukum. "Kami terus berkoordinasi, apabila nanti ada masukan dari OJK sendiri dan perlu ditindaklanjuti, maka kami akan melakukan langkah penyidikan," terangnya.

Sebelumnya diberitakan, pemilik GTIS Taufiq Michael Ong diduga kabur dari Indonesia. Pria berkewarganegaraan Malaysia itu disebutkan telah meninggalkan Indonesia plus meninggalkan para nasabah investasi emasnya di GTIS.

Informasi tentang kepergian Michael Ong ke luar negeri ini beredar luas di internet, salah satunya di forum Kaskus. Nasabah GTIS pun menjadi resah dan berupaya memastikan keberadaan Michael Ong. "Bahkan, saya dapat informasi, rekening dia di BCA sudah kosong semua," kata salah satu nasabah yang enggan menyebut nama, Selasa (26/2/2013).

Situs perusahaan GTIS yang beralamat di http://www.goldentradersinternational.com kini sama sekali tak bisa diakses. Kepergian Michael Ong tentu mengundang tanda tanya besar dan meresahkan, terutama bagi nasabah yang telah menanamkan uangnya di GTIS.

Belum ada informasi tentang jumlah dana masyarakat yang sudah dikumpulkan GTIS. Namun, boleh jadi, angkanya akan jauh lebih besar ketimbang dana nasabah yang tersimpan di Raihan Jewellery yang kini juga tak jelas rimbanya.

GTIS merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang menawarkan skema investasi berbalut emas batangan sejak 2009. Jaringan kantor cabangnya pun menyebar, antara lain ada di Jakarta, Medan, Surabaya, dan Bangka-Belitung. Nama Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie juga dicantumkan sebagai dewan pembina dalam situs perusahaan tersebut, namun sudah dibantah.

Berita terkait dapat dibaca dalam topik: Waspadai Investasi Bodong

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kewajiban Sertifikat Halal bagi UMKM Ditunda hingga 2026

    Kewajiban Sertifikat Halal bagi UMKM Ditunda hingga 2026

    Whats New
    BW Digital dan Anak Usaha Telkom Bangun Sistem Komunikasi Kabel Laut Hubungkan Australia, RI, Singapura

    BW Digital dan Anak Usaha Telkom Bangun Sistem Komunikasi Kabel Laut Hubungkan Australia, RI, Singapura

    Whats New
    Garuda Indonesia Hentikan Sementara Operasional Pesawat yang Alami Insiden Mesin Terbakar

    Garuda Indonesia Hentikan Sementara Operasional Pesawat yang Alami Insiden Mesin Terbakar

    Whats New
    IHSG Diperkirakan Akan Melemah, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

    IHSG Diperkirakan Akan Melemah, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

    Whats New
    Ditopang Data Inflasi AS, Wall Street Berakhir di Zona Hijau

    Ditopang Data Inflasi AS, Wall Street Berakhir di Zona Hijau

    Whats New
    Masih Terkendali, Inflasi AS Bulan April Turun Jadi 3,4 Persen

    Masih Terkendali, Inflasi AS Bulan April Turun Jadi 3,4 Persen

    Whats New
    Fitch Ratings Proyeksi Defisit Anggaran Pemerintahan Prabowo-Gibran Melebar Dekati 3 Persen

    Fitch Ratings Proyeksi Defisit Anggaran Pemerintahan Prabowo-Gibran Melebar Dekati 3 Persen

    Whats New
    RI Raup Rp 14,8 Triliun dari Ekspor Tuna, Pemerintah Harus Jaga Populasinya

    RI Raup Rp 14,8 Triliun dari Ekspor Tuna, Pemerintah Harus Jaga Populasinya

    Whats New
    OJK Sebut Porsi Pembiayaan Kendaraan Listrik Baru 0,01 Persen

    OJK Sebut Porsi Pembiayaan Kendaraan Listrik Baru 0,01 Persen

    Whats New
    Rencana Merger XL Axiata dan Smartfren Masuk Tahap Evaluasi Awal

    Rencana Merger XL Axiata dan Smartfren Masuk Tahap Evaluasi Awal

    Whats New
    [POPULER MONEY] 2.650 Pekerja Pabrik di Jabar Kena PHK dalam 3 Bulan Terakhir | Percikan Api Bikin Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara

    [POPULER MONEY] 2.650 Pekerja Pabrik di Jabar Kena PHK dalam 3 Bulan Terakhir | Percikan Api Bikin Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara

    Whats New
    Mesin Pesawat Garuda Terbakar Usai 'Take Off', Kemenhub Lakukan Inspeksi Khusus

    Mesin Pesawat Garuda Terbakar Usai "Take Off", Kemenhub Lakukan Inspeksi Khusus

    Whats New
    Apa Itu Saham Syariah? Simak Pengertian dan Karakteristiknya

    Apa Itu Saham Syariah? Simak Pengertian dan Karakteristiknya

    Earn Smart
    Simak 3 Tips Melunasi Pinjaman Online secara Efektif

    Simak 3 Tips Melunasi Pinjaman Online secara Efektif

    Whats New
    Cara Migrasi PLN Pascabayar ke Prabayar lewat Aplikasi

    Cara Migrasi PLN Pascabayar ke Prabayar lewat Aplikasi

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com