Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

India dan Srilanka Lirik Indonesia

Kompas.com - 13/03/2013, 13:49 WIB
Nasrullah Nara

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pengusaha sabut kelapa asal India dan Srilanka sedang menjajaki kerjasama dengan Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) untuk mendirikan pabrik pengolahan sabut kelapa di Indonesia. Beberapa produk akhir sabut kelapa yang berpeluang dikembangkan adalah matras, karpet, tali, jaring, keset kaki, dan media tanam (serbuk sabut kelapa).  

Demikian diungkapkan Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan AISKI, Ady Indra Pawennari, Rabu (13/3/2013), seusai menerima laporan Ketua AISKI Sumatera Utara, Sony Wicaksono. Wocaksono baru saja pulang mengikuti pameran Coir Kerala Fair 2013 yang diadakan di venue EMS Stadium, Alappuzha, Kerala,India, pekan lalu. 

"Ini berita gembira buat kita. Apalagi India dan Srilanka sudah sangat maju dalam teknologi pengembangan sabut kelapanya. Dengan adanya pengolahan produk akhir di dalam negeri, otomatis kita dapat mengurangi ketergantungan pada pasar ekspor raw material," papar  Ady dalam keterangan persnya di Jakarta.  

Coir Kerala Fair 2013 yang diikuti 1.500 delegasi dan 34 negara itu, adalah ajang pameran produk akhir hasil pengolahan serat sabut kelapa (coco fiber) dan perangkat mesin yang digunakan. Pameran tersebut diadakan oleh Departemen Pengembangan Sabut Kelapa Kerala, India bekerjasama dengan National Coir Research & Management Institute.  

"Beberapa hari ini, kami  komunikasi terus dengan perwakilan dari India dan Srilanka untuk persiapan penandatanganan kerjasamanya di Indonesia. Bahkan, rencananya akan ada kunjungan ke beberapa sentra produsen kelapa terbesar di Indonesia, seperti Riau dan Lampung," kata Ady.  

Perusahaan asal India yang sudah menjalin komunikasi dengan AISKI, antara lain Cocomats International, Sogebio Geotextile, Aroor Coir Mats & Mattings, Srimathi Exports, The Taj Coir Mills, Meta Classics Fibres, APEX dan Fair Trade India. Sedangkan dari Srilanka adalah Circle 5 Eco Plantations Lanka Ltd.  

AISKI mencatat, Indonesia yang dikenal sebagai produsen buah kelapa terbesar di dunia dengan luas areal kebun kelapa 3,8 juta hektar, masih tertinggal jauh dari Srilanka dan India dalam hal pemanfaatan sabut kelapa.   Sebagai perbandingan, Srilanka hanya memiliki areal kebun kelapa seluas 0,4 juta hektar dan India memiliki areal kebun kelapa seluas 1,9 juta hektar, namun kedua negara itu  mampu memasok 70 persen kebutuhan sabut kelapa dunia. Sementara Indonesia baru mampu berkontribusi sekitar 10 persen terhadap kebutuhan sabut kelapa dunia yang jumlahnya mencapai 500.000 ton per tahun.  

Secara nasional, Indonesia baru mampu mengolah sabut kelapa sekitar 3,2 persen dari total produksi sekitar 15 miliar butir per tahun. Dengan demikian, jumlah sabut kelapa Indonesia yang belum diolah menjadi komoditas bernilai ekonomi mencapai 14,5 miliar butir per tahun.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Mandiri Imbau Nasabah Hati-hati Terhadap Modus Penipuan Berkedok Undian Berhadiah

Bank Mandiri Imbau Nasabah Hati-hati Terhadap Modus Penipuan Berkedok Undian Berhadiah

Whats New
IHSG Turun Tipis di Awal Sesi, Rupiah Dekati Level Rp 16.000

IHSG Turun Tipis di Awal Sesi, Rupiah Dekati Level Rp 16.000

Whats New
Berapa Denda Telat Bayar Listrik? Ini Daftarnya

Berapa Denda Telat Bayar Listrik? Ini Daftarnya

Whats New
Detail Harga Emas Antam Senin 6 Mei 2024, Turun Rp 3.000

Detail Harga Emas Antam Senin 6 Mei 2024, Turun Rp 3.000

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 6 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 6 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Bappeda DKI Jakarta Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Bappeda DKI Jakarta Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Transfer Pengetahuan dari Merger TikTok Shop dan Tokopedia Bisa Percepat Digitalisasi UMKM

Transfer Pengetahuan dari Merger TikTok Shop dan Tokopedia Bisa Percepat Digitalisasi UMKM

Whats New
Harga Bahan Pokok Senin 6 Mei 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Senin 6 Mei 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
IHSG Diperkirakan Melaju, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Melaju, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Earn Smart
Kesenjangan Konsumsi Pangan dan Program Makan Siang Gratis

Kesenjangan Konsumsi Pangan dan Program Makan Siang Gratis

Whats New
Lowongan Kerja Anak Usaha Pertamina untuk S1 Semua Jurusan, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Lowongan Kerja Anak Usaha Pertamina untuk S1 Semua Jurusan, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Erick Thohir: 82 Proyek Strategis BUMN Rampung, tapi Satu Proyek Sulit Diselesaikan

Erick Thohir: 82 Proyek Strategis BUMN Rampung, tapi Satu Proyek Sulit Diselesaikan

Whats New
Ketika Pajak Warisan Jadi Polemik di India

Ketika Pajak Warisan Jadi Polemik di India

Whats New
BTN Konsisten Dongkrak Inklusi Keuangan lewat Menabung

BTN Konsisten Dongkrak Inklusi Keuangan lewat Menabung

Whats New
[POPULER MONEY] HET Beras Bulog Naik | Kereta Tanpa Rel dan Taksi Terbang Bakal Diuji Coba di IKN

[POPULER MONEY] HET Beras Bulog Naik | Kereta Tanpa Rel dan Taksi Terbang Bakal Diuji Coba di IKN

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com