JAKARTA, KOMPAS.com — Informasi tentang risiko pembiayaan di negara-negara nontradisional selama ini masih minim. Hal itu menjadi hambatan serius bagi perbankan Indonesia untuk masuk ke pasar nontradisional, yang saat ini menjadi fokus utama tujuan ekspor Indonesia.
Hal itu disampaikan Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini, dalam acara penandatanganan kerja sama peningkatan ekspor bersama Kementerian Perdagangan dan Asuransi Ekspor Indonesia, di Jakarta, Kamis (14/3/2013).
"Bank tidak memiliki informasi yang cukup perihal risiko pada negara nontraditional. Padahal, kami sangat membutuhkannya," katanya.
Menurut Zulkifli, untuk memitigasi hambatan itu, pihaknya menjalin kerja sama dengan Kementerian Perdagangan dan Asuransi Ekspor Indonesia. Tujuannya, meningkatkan risk appetite dalam penyaluran pembiayaan ke negara nontradisional. Risk appetite dapat digunakan oleh bank dalam mengekpresikan berapa tingkat risiko yang dapat diterima dan memberikan kepastian kepada stakeholder bank.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.