Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penciptaan Nilai Tambah Tiap Komoditas Harus Dibedakan

Kompas.com - 10/04/2013, 16:37 WIB
Evy Rachmawati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Pertambangan Indonesia meminta agar pemerintah membedakan penanganan dan penyusunan kebijakan untuk masing-masing komoditas pertambangan. Oleh karena tidak semua jenis komoditas tambang memiliki besar cadangan maupun tingkat kebutuhan investasi untuk pengolahan dan pemurnian yang sama.

Ketua Asosiasi Pertambangan Indonesia Martiono Hadianto menyampaikan hal itu, dalam paparannya, pada seminar bertema "Percepatan Kegiatan Peningkatan Nilai Tambah Mineral yang diprakarsai Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rabu (10/4), di Balai Sudirman, Jakarta.

Hasil kajian dari tim Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Institut Teknologi Bandung (LAPI-ITB) pada 2012 menunjukkan, penciptaan nilai tambah berbeda signifikan di masing-masing komoditas.

Secara umum, penciptaan nilai tambah untuk komoditas besi, bauksit dan nikel pada tahap pemurnian (smelting) lebih besar dibandingkan pengolahan di fase pertambangan. Namun kenyataannya, hal itu berbeda dengan tembaga, di mana penciptaan nilai tambah di fase pertambangan berkisar 93 persen berbanding dengan penciptaan nilai tambah di tahapan pemurnian yang hanya sekitar 7 persen.

"Jadi, perlakuan yang diberikan untuk tembaga tidak bisa disamakan dengan perlakuan untuk barang tambang lain yang nilai tambahnya masih rendah sehingga memerlukan proses pengolahan lebih lanjut," ujarnya.

Hasil kajian LAPI-ITB juga menyimpulkan, pemurnian untuk materi besi, bauksit dan nikel masih memungkinkan dilakukan. Namun masalah yang kemudian muncul adalah, perlunya harga listrik yang murah dan diperlukan nilai investasi yang bisa mendapat nilai 1 miliar dollar AS.

Selain biaya investasi, biaya operasional dan ongkos (treatment charge, refining charge/TCRC) merupakan faktor penentu kelayakan ekonomi pembangunan smelter. Sedangkan ongkos TCRC sepenuhnya dikendalikan pasar internasional. " Biaya investasi akan lebih murah apabila infrastruktur pendukung telah tersedia," kata dia.

"Kami berharap dukungan semua pemangku kepentingan, khususnya pemerintah, agar semangat penambahan nilai barang tambang dapat tercapai tanpa harus mengorbankan pelaku pertambangan yang sudah menunjukkan komitmen dan kontribusi kepada negara," ujarnya menegaskan.

Dukungan dari pihak pemerintah, terutama dalam hal regulasi, sangat vital serta menentukan nasib para pelaku industri pertambangan.

Sebagai contoh, bila implementasi Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 7 Tahun 2012 tidak ditunda atau fitrbidi, maka pada tahun 2014 negara berpotensi kehilangan pendapatan kotor 4,3 miliar dollar AS hingga 8,1 miliar dollar AS. Untuk itu pihaknya merekomendasikan agar pemerintah merevisi menyeluruh atas aturan pelaksanaan sebagai turunan Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara.

"Kami berharap, penciptaan nilai tambah mineral bisa terwujud demi memberi manfaat jangka panjang bagi masyarakat," kata Martiono. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Whats New
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Whats New
Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Whats New
Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Whats New
Harga Tiket Kereta Api 'Go Show' Naik Mulai 1 Mei

Harga Tiket Kereta Api "Go Show" Naik Mulai 1 Mei

Whats New
SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Whats New
Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Whats New
Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com