Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maju Mundur Kualanamu

Kompas.com - 12/04/2013, 09:23 WIB

KOMPAS.com - Proyek pembangunan Bandar Udara Internasional Kualanamu, Sumatera Utara, sudah memasuki tahun keenam. Penyelesaian proyek yang semula ditargetkan tuntas akhir tahun 2012, beberapa kali diundur. Belum jelas, kapan bandara baru pengganti Bandara Internasional Polonia, Medan, ini mulai beroperasi.

Hingga pekan ini, penyelesaian fisik bandara sudah rampung 94,97 persen. Proyek sektor privat yang dibangun oleh pengelola bandara, PT Angkasa Pura II, masih dalam tahap penyelesaian, antara lain stasiun kereta api, gedung administrasi, perkantoran kargo, masjid, dan gedung peralatan (AME). Adapun terminal penumpang dan stasiun pengisian bahan bakar sudah tuntas.

Pembangunan sektor publik, seperti landasan pacu (runway), jalur parkir (taxiway), parkir pesawat (apron), perkantoran, stasiun radar, fasilitas navigasi (DVOR/DME), stasiun pemadam kebakaran, dan pusat listrik juga sudah selesai.

Kendala utama justru pada aksesibilitas bandara. Pembebasan lahan untuk akses jalan dari dan menuju ke bandara belum tuntas. Pihak PT Angkasa Pura II memperkirakan masih 800 meter lahan mencakup 45 keluarga, belum dibebaskan.

Sudah masalah klasik, hampir setiap proyek infrastruktur di negeri ini terganjal masalah lahan. Tarik-menarik kepentingan tak terelakkan. Namun, jika masalah lahan dibiarkan berlarut-larut, investasi yang telanjur digelontorkan untuk proyek pembangunan ikut macet. Uang negara terkena imbasnya.

Sebagai catatan, pembangunan Bandara Internasional Kualanamu sejak tahun 2007 hingga Januari 2013 telah menyerap total anggaran Rp 4,7 triliun. Dari alokasi tersebut, dana Rp 3,4 triliun bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan dari PT Angkasa Pura II sebesar Rp 1,3 triliun.

Tengoklah akses kereta api Bandara Kualanamu yang kini sudah tuntas. Jalur tunggal sepanjang 29 kilometer itu siap dioperasikan. Sarana kereta api rute Medan-Bandara Kualanamu itu hanya menunggu atap stasiun. Operasional kereta jelas ikut tertunda jika bandara baru belum bisa berfungsi.

Sepanjang tahun 2012, Bandara Polonia, Medan, yang hanya memiliki kapasitas 900.000 penumpang per tahun terpaksa saat ini dijejali hingga mencapai 7,9 juta penumpang. Kapasitas itu jauh di bawah Bandara Kualanamu yang mampu menampung 8,1 juta penumpang per tahun.

Di tengah terus meningkatnya penumpang pesawat dan menurunnya daya dukung Bandara Polonia, dibutuhkan gerak cepat untuk segera mengoperasikan bandara baru. Pemerintah daerah perlu turun tangan mempercepat pembebasan lahan.

Sejumlah polemik masih muncul di kalangan penduduk sekitar Bandara Kualanamu yang terkena penggusuran lahan. Penduduk eks transmigrasi yang menetap sejak tahun 1961 merasa diabaikan oleh pemerintah. Mereka merasa tidak mendapat ganti rugi sesuai kesepakatan awal.

Ponirin (42), warga Dusun Dalu 10, Desa Telaga Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, mengemukakan, awalnya pemerintah menjanjikan ganti rugi harga tanah senilai Rp 300.000 per meter persegi. Namun, biaya ganti rugi lalu diturunkan menjadi Rp 75.000 per meter persegi, dan belakangan pemerintah tidak mau membayar ganti rugi karena lahan yang ditinggali masyarakat itu dinilai tanah berstatus hak guna usaha (HGU) milik PT Perkebunan Nusantara II.

Sejauh ini, ganti-rugi lahan sebesar Rp 300.000 per meter persegi hanya diberikan untuk warga yang telah memiliki sertifikat lahan. Sedangkan sebagian warga yang menetap puluhan tahun dengan mengantongi surat keterangan camat untuk kepemilikan lahan tidak memperoleh solusi.

Kemajuan penyelesaian proyek fisik bandara janganlah menjadi mundur karena masalah lahan yang berlarut-larut. Apalagi, Bandara Kualanamu ditargetkan menjadi gerbang masuk NKRI dan penghubung (hub) antarnegara. Kearifan pemerintah dibutuhkan untuk mengatasi polemik ini. Sekaligus agar bandara yang sudah menelan biaya Rp 4,7 triliun ini bisa segera beroperasi. (BM Lukita Grahadyarini)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com