Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumput Laut RI Belum Bisa Kuasai Pasar Internasional

Kompas.com - 15/04/2013, 11:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dan telah membudidayakan rumput laut selama lebih dari 30 tahun ternyata hingga kini masih belum menguasai pasar internasional untuk komoditas tersebut.

"Pasar rumput laut internasional pada 2012 sebesar 7 miliar dollar AS, sedangkan nilai rumput laut dari Indonesia masih 200 juta dollar AS," kata Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) Safari Azis di Jakarta, Senin (15/4/2013).

Menurut Safari Azis, salah satu hambatan terbesar adalah masalah logistik seperti pengiriman rumput laut dari Ambon ke Surabaya dapat mencapai sebesar Rp 1.000 per kilogram, sedangkan pengiriman dari Surabaya ke China hanya sekitar Rp 250 per kilogram.

Selain itu, menurut dia, para pembudidaya rumput laut juga memerlukan bimbingan seperti dalam menemukan pasar untuk hasil olahan komoditas itu secara domestik.

Ia juga mengingatkan bahwa Indonesia hingga kini masih tidak memiliki cetakan untuk strategi nasional produksi rumput laut.

Terlebih, lanjutnya, sejak adanya otonomi daerah banyak pemerintah lokal yang berlomba-lomba mengejar untuk memperoleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang lebih besar tetapi hal itu juga dapat mengurangi kondusifnya iklim bisnis di daerah tersebut.

Hal ini ironis mengingat Indonesia telah mengembangkan budidaya rumput laut sejak tahun 1982, sedangkan sebelumnya Indonesia hanya mengekspor rumput laut alam dan bukan budidaya.

"Ekspor (sebelum budidaya) itu juga harus melewati Hong Kong," katanya.

Safari Azis mengakui, pembudidayaan rumput laut di Indonesia masih terbilang telat karena Filipina telah mengembangkannya sejak tahun 1970-an.

Ketua ARLI juga berpendapat, keterlambatan pengembangan budidaya rumput laut juga karena terdahulu belum ada kementerian khusus yang mengurus rumput laut seperti sekarang ada Kementerian Kelautan dan Perikanan yang bekerja sama dengan Kementerian Percepatan Daerah Tertinggal.

"Dari 550 jenis yang bisa didiversifikasi, baru 3 jenis yang dibudidayakan di Indonesia," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com