Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah "Penjaga" Kebun Kelapa Sawit Asian Agri

Kompas.com - 19/04/2013, 15:13 WIB
Roderick Adrian Mozes

Penulis

KOMPAS.com — Provinsi Riau adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang memiliki ribuan hektar lahan kelapa sawit. Seluas 5.500 hektar lahan kelapa sawit di provinsi ini dikelola oleh Asian Agri dan 11.000 hektar lainnya dikelola oleh para petani kebun plasma yang sebagian besar merupakan peserta program transmigrasi.

Luasnya lahan kelapa sawit membuat sulitnya pengawasan, terutama menyangkut hama tikus yang menjadi salah satu musuh utama para petani kelapa sawit. Karena itu, untuk mengatasinya, mereka menggunakan burung hantu untuk menjaga kebun kelapa sawit.

"Dulu kurun waktu 1992-1993 masih menggunakan ular kobra. Akan tetapi, alasan faktor keamanan pada pekerja kelapa sawit membuat kami mulai beralih kepada burung hantu," kata Togap Hutapea (48), karyawan di kebun inti kelapa sawit Asian Agri, Rabu (17/4/2013).

Karena dinilai efisien dan aman, hingga sekarang, petani terus menggunakan burung hantu. Setiap radius 25 hektar, terdapat satu kandang burung hantu. Hingga saat ini, tercatat ada 220 kandang dengan 450 ekor populasi burung hantu yang tersebar di perkebunan kelapa sawit.

"Kita menggunakan spesies Tyto alba. Tidak sulit untuk merawatnya, hanya perlu disediakan kandang, dia akan masuk sendiri. Lalu, setiap tiga bulan sekali, kami melakukan sensus untuk melihat jumlah populasi burung hantu. Seperti di kandang ini, ada sekitar 6 ekor anakan," kata Togap sambil menunjukkan anak burung hantu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com