Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringkat Bakrie Telecom Diturunkan

Kompas.com - 23/04/2013, 19:32 WIB
Anastasia Joice

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Lembaga pemeringkat Fitch Ratings telah menurunkan peringkat jangka panjang mata uang asing dan mata uang lokal Issuer Default Ratings (IDR) PT Bakrie Telecom (BTEL) dari CCC menjadi CC.

Fitch juga telah menurunkan peringkat obligasi sebesar 380 juta dollar AS yang akan jatuh tempo pada Mei 2015. Obligasi ini dijamin sepenuhnya oleh BTEL dan peringkatnya turun dari CCC ke CC.

Recovery Rating dari surat utang tersebut berada di RR4. Prospek stabil telah dihapuskan.

Demikian pernyataan dari Fitch di Jakarta, Selasa (23/4/2013). Fitch melihat ada hal-hal yang membuat peringkat ini menurun.

Fitch berpendapat, BTEL kemungkinan besar akan merestrukturisasi utang tanpa jaminan sebesar 380 juta dollar AS (senior unsecured bond). Kemungkinan ini mengemuka karena lemahnya likuiditas dan kecilnya kemungkinan dari perbaikan operasional.

BTEL telah gagal mendanai interest reserve account yang disebutkan dalam dokumentasi surat utangnya, sehingga mengharuskan BTEL untuk selalu menyimpan minimal satu pembayaran kupon dan setidaknya dua pembayaran kupon (sekitar 43,7 juta dollar AS) di rekening selambat-lambatnya 30 hari sebelum hari pembayaran kupon (7 Mei 2013).

Jumlah yang tersedia di rekening itu hanya 8 juta dollar AS per akhir Desember 2012. Hal ini termasuk dalam event of default dalam terms dari surat utang tersebut. Walaupun masih ada kemungkinan perusahaan bisa membayar kupon 21,9 juta dollar AS yang jatuh tempo pada 7 Mei 2013, kegagalan membayar kemungkinan besar akan berakibat kepada diturunkannya peringkat BTEL ke C.

Fitch berpendapat bahwa para pemilik surat utang 380 juta dollar AS memiliki pilihan yang terbatas dan mungkin tidak akan mempercepat pembayaran utang pada saat ini. Surat utang tersebut saat ini diperdagangkan pada harga jauh dibawah 50 sen per 1 dollar AS dan kemungkinan perusahaan akan mengalami kesulitan untuk membayar kembali surat hutang yang akan jatuh tempo di bulan Mei 2015.

Alasan lain adalah likuiditas yang terbatas. Jumlah kas dan EBITDA yang dihasilkan BTEL di 2013 kemungkinan besar tidak cukup untuk memenuhi kewajibannya. Fitch memperkirakan bahwa defisit kas akan berada di sekitar 50-60 juta dollar AS dan maksimum 30 juta dollar AS dari defisit tersebut dapat didanai oleh utang.

Dalam terms dari obligasi dollar AS, BTEL hanya mampu mendapatkan tambahan 30 juta dollar AS utang baru karena perusahaan tetap melanggar incurrence covenant.

Utang konsolidasi/EBITDA perusahaan selama 12 bulan terakhir berada di 5,2 kali per akhir Desember 2012, dibandingkan dengan incurrence covenant di 4,75 kali.

Faktor lain, perbaikan yang kurang memungkinkan. Fitch berpendapat bahwa EBITDA yang dihasilkan dari data tidak akan sepenuhnya menutupi penurunan di segmen suara dan SMS di 2 tahun kedepan.

BTEL kemungkinan akan kehilangan kemampuannya untuk berkompetisi dengan operator GSM yang lebih besar karena terbatasnya fleksibilitas untuk mengambangkan infrastruktur jaringan. Panduan belanja modal di 2013 sebesar 25 juta dollar AS atau 10-11 persen dari pendapatan tergolong jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan tiga operator GSM teratas yang akan menginvestasikan setidaknya 25-30 persen dari pendapatan mereka untuk mengembangkan bisnis datanya.

Selama periode 2010-12, EBITDA dari BTEL turun sekitar 28 persen menjadi 102 juta dollar AS di 2012 disebabkan oleh turunnya pelanggan sebesar 10,7 persen menjadi 11,6 juta dan tingginya biaya kompetisi dan operasional.

Di tengah-tengah kondisi sulit, operator CDMA yang seperti BTEL dan PT Smartfren Telecom TBk (Smartfren, CC(idn)) kemungkinan akan berpartisipasi pada aktivitas konsolidasi karena mereka menghadapi ketatnya likuiditas dan lemahnya tingkat keuntungan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Ditutup Naik 0,24 Persen, Rupiah Lanjutkan Penguatan

IHSG Ditutup Naik 0,24 Persen, Rupiah Lanjutkan Penguatan

Whats New
Temui Pemda Klungkung, Kemenkop UKM Pastikan Tak Ada Pembatasan Jam Operasional Warung Kelontong

Temui Pemda Klungkung, Kemenkop UKM Pastikan Tak Ada Pembatasan Jam Operasional Warung Kelontong

Whats New
Dongkrak Transaksi Nontunai, Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD

Dongkrak Transaksi Nontunai, Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD

Whats New
Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Earn Smart
Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Earn Smart
Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Earn Smart
Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Whats New
OJK Terbitkan Aturan 'Short Selling', Simak 8 Pokok Pengaturannya

OJK Terbitkan Aturan "Short Selling", Simak 8 Pokok Pengaturannya

Whats New
2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

Earn Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

Spend Smart
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Whats New
Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Whats New
Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Whats New
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Whats New
Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com