Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Konawe, Rujuwani Menanti Sukses Jahe

Kompas.com - 10/05/2013, 13:13 WIB
Josephus Primus

Penulis

KOMPAS.com - Jahe atau Zingiber offcinale adalah primadonna rangking dua bagi industri herbal. Di posisi atas adalah  temulawak (Curcuma xanthorrhiza). Tanaman dalam keluarga rimpang ini, selain oleh industri herbal, juga diserap oleh  industri olahan jahe mulai dari permen, dodol, dan produk-produk makanan lainnya. Catatan termutakhir dari Kementerian  Pertanian menunjukkan produksi jahe secara total di Tanah Air mencapai kisaran 150.000 ton sampai dengan akhir 2012.

Khusus di Tanah Air, jahe yang memang cocok ditanam di daerah tropis itu ada tiga jenis. Yang pertama adalah jahe gajah.  Dari namanya saja, jahe gajah sudah pasti terbesar ukurannya. Rata-rata, berat ruas jahe gajah 500 miligram. Sementara, dua  lainnya paling banter berat ruasnya 200 miligram. Permintaan jahe gajah paling tinggi ketimbang dua jenis lainnya.

Selanjutnya, jenis kedua adalah jahe merah. Lalu, paling buncit, lantaran sesuai bentuk dan ukurannya adalah jahe emprit.  Nama lain jahe emprit adalah jahe kuning.

Tingginya permintaan jahe dari tahun ke tahun rupanya menarik minat Rujuwani Rabith, pelaku bisnis konstruksi di Sulawesi  Tenggara (Sultra). Menurutnya, pada Selasa (7/5/2013) di Jakarta, tanah di provinsi itu terbilang pas untuk budidaya jahe. "Contoh suksesnya ya ayah saya sendiri,"tutur penikmat hobi jalan-jalan itu.

Rujuwani melanjutkan, ayahnya,  Haji Harun Rahim, saat-saat awal menggeluti bisnis konstruksi juga memanfaatkan lahan milik  keluarga untuk bertanam jahe. "Itu waktu saya masih kecil ya. Sekitar 1980-an,"kata perempuan kelahiran 12 Juni 1977 itu.

Dalam pengalaman Rujuwani, dari penanaman hingga panen, jahe memerlukan waktu sekitar enam sampai dengan delapan bulan per  tahun. "Waktu panen, sudah banyak yang mau membeli jahe-jahe kami. Langsung habis,"katanya.

Kini, dalam hitung-hitungan Rujuwani, ada sekitar 500 hektare tanah milik keluarga besarnya yang siap dimanfaatkan untuk  budidaya jahe. Lokasinya ada di Kabupaten Konawe Selatan yang berjarak dua jam perjalanan darat dari ibu kota Sultra,  Kendari. "Saya sedang menunggu teman-teman untuk bergabung dalam usaha ini,"tutur aktivis di Himpunan Pengusaha Muda  Indonesia (Hipmi) Sultra sebagai Bendahara Umum ini.

Lebih lanjut, sarjana arsitektur lulusan Universitas Merdeka Malang, Jawa Timur itu, memaparkan untuk modal dana budidaya jahe pada lahan 500 hektare itu perlu Rp 5 miliar. Angka ini muncul lantaran harga jahe diasumsikan di posisi Rp 10 ribu per kilogram.

Lalu, soal tenaga kerja, Rujuwani yang memiliki dua perusahaan yakni PT Kendari Nusa Raya dan CV Bhinneka Karya sebagai payung bisnis konstruksinya itu mengatakan budidaya jahe bakal menyerap 5.000 orang. Catatannya, tiap 1 hektare lahan memerlukan 10 pekerja yang bertugas mengurusi penanaman, pemupukan, perawatan, hingga panen. "Sebetulnya mudah mengurus jahe karena penyakitnya jarang," tuturnya seraya menambahkan kalau salah satu penyakit yang acap menyerang jahe adalah penyakit yang membuat daun tanaman itu mudah mengering.

Sementara, untuk tahap awal hingga akhir 2013, andai sudah mendapatkan mitra, pihaknya akan menggarap 100 hektare terlebih  dahulu. Lalu, soal pasar, Rujuwani menyebut PT Sido Muncul, salah satu perusahaan terbilang besar di industri herbal Nusantara, yang diharapkan mau menyerap jahenya sebagai menjadi salah satu bahan baku. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Whats New
Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

Whats New
Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

Whats New
Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

Whats New
Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

Whats New
Pendaftaran Seleksi CASN Dibuka Mei 2024, Menpan-RB Minta Kementerian dan Pemda Percepat Input Formasi Kebutuhan ASN

Pendaftaran Seleksi CASN Dibuka Mei 2024, Menpan-RB Minta Kementerian dan Pemda Percepat Input Formasi Kebutuhan ASN

Whats New
IHSG Turun 0,84 Persen di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Turun 0,84 Persen di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Harga Emas Terbaru 2 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 2 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 2 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 2 Mei 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Kamis 2 Mei 2024, Harga Jagung Tk Peternak Naik

Harga Bahan Pokok Kamis 2 Mei 2024, Harga Jagung Tk Peternak Naik

Whats New
CIMB Niaga Cetak Laba Sebelum Pajak Rp 2,2 Triliun pada Kuartal I-2024

CIMB Niaga Cetak Laba Sebelum Pajak Rp 2,2 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Rincian Tarif Listrik per kWh Berlaku Mei 2024

Rincian Tarif Listrik per kWh Berlaku Mei 2024

Whats New
Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Whats New
The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham di Wall Street Melemah

The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham di Wall Street Melemah

Whats New
IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com