Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Tinggi, Waspada Masuk Bursa!

Kompas.com - 24/05/2013, 15:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi dalam, kemarin (23/5/2013), dan turun 1,66 persen ke level 5.121.40. Di hari yang sama, investor asing mencatat penjualan bersih Rp 720,56 miliar setelah sepanjang pekan ini selalu mencetak pembelian bersih.

IHSG jatuh terseret penurunan indeks Nikkei yang merosot 7,32 persen ke 14,483.98. Bak efek domino, kejatuhan Nikkei langsung menjalar ke indeks bursa utama Asia lain, termasuk IHSG.

Fadli, analis Net Sekuritas, menilai, ada beberapa sebab kejatuhan Nikkei. Pertama, yield obligasi 10 tahun Pemerintah Jepang naik ke level 1 persen. Kedua, bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (Fed) memberikan sinyal akan mengurangi dana quantitative easing (QE). "Ketiga, industri manufaktur China melemah," ujar Fadli. Karena jalaran ketiga faktor itu, panic selling pun merebak di bursa saham Jepang.

Lepas dari itu, Arman Boy Manullang, pengamat pasar modal, mengingatkan, rekor-rekor baru IHSG selayaknya diwaspadai. Sebab, kenaikan IHSG bersilang arah dengan fundamental makroekonomi Indonesia. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia berpeluang melambat. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi juga bakal mendorong inflasi dan ujungnya memicu kenaikan suku bunga perbankan.

Arman mengingatkan, pergerakan IHSG saat ini lebih banyak ditopang oleh banjir dana asing jangka pendek (hot money) ke bursa saham Indonesia. Maklum, pasar global sedang kebanjiran likuiditas seiring dengan gelontoran dana stimulus bank sentral di sejumlah negara. "Kelebihan likuiditas global itu yang lari ke pasar saham karena tak ada  tempat lain yang lebih menjanjikan," tutur Arman.

Kondisi semacam ini jelas berbahaya dan pelan-pelan meniupkan gelembung (bubble). Saat gelembung pecah, pasar saham bakal crash.

Toh, Arief Fahruri, analis Mega Capital, menilai, potensi bubble IHSG masih jauh. Namun, memang, hitungan Mega Capital, IHSG sudah melewati nilai wajar IHSG 2013 sebesar 5.085 yang mencerminkan price to earning ratio (PER) sebesar 18,6 kali.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, mengamini, bubble IHSG belum terlihat. IHSG masuk area bubble bila melewati level 5.500. "Posisi itu sulit tercapai tahun ini," kata dia.

Arief memproyeksikan, dalam jangka pendek, pasar saham bakal terkoreksi, apalagi bila Fed mengurangi dana stimulus. "IHSG akan terkoreksi karena likuiditas berkurang," kata Arief.

Reza Nugraha, analis MNC Securities, menenangkan, investor tak perlu resah meski kini IHSG rawan koreksi. Baginya, fundamental emiten saham lokal masih kuat. (Veri Nurhansyah Tragistina, Kornelis Pandu Wicaksono/ Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com